TANAMAN PANGAN

Senin, 26 Juli 2010

TANAMAN PADI
Padi merupakan tanaman terpenting dalam kehidupan, produksi padi menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia, hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.
Klasifikasi tanaman padi :kerajaan : Plantae, divisi : Angiospermae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Oryza, spesies : Oryza sativa.
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-270 C, memerlukan sinar matahari penuh tanpa naungan, angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan Ph tanah 4-7.

Pembibitan
- persiapan benih : dengan jarak tanam 25 x 25 cm / 1000m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg.
- perendaman benih : benih direndam dengan air selama 6-12 jam, tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang di buang.
- pemeliharaan pembibitan/penyemaian : persemaian diberi air dengan berangsur sampai setinggi 3-5 cm tunggu sampai berumur 21-40 hari.
- pemindahan benih : bibit yang siap di pindahkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam dan tidak terserang hama dan penyakit.

Penanaman
Penanaman dilakukan setelah tanaman berumur 21-40 hari, sebelum ditanami lahan di bajak lalu diberi pupuk, setelah padi ditanam beberapa waktu kemudian dilakukan penyiangan rumput-rumputan liar supaya tidak mengganggu perkembangan tanaman padi. Pengairan dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting dengan cara di genanggi air. sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakkan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
- Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR.
- Padi Thrips (
Thrips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR.
- Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 4
8, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemprotan BVR
- Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bint
ik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR.
- Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR.
- Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan se
luruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut "beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR.
- Hama tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).
- Burung
Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
- Penyakit Bercak daun coklat
Penyebab
: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengenda
lian: (1) merendam benih di air hangat, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
- Penyakit Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir;
- Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk
anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Pengendalian: menanam padi tahan penyakit.
- Penyakit Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar
membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam.
- Penyakit kresek/hawar daun

Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan.
- Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanam
an, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR.
- Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.



TANAMAN JAGUNG
Jagung merupakan tanaman pangan yang terpenting didunia selain gandum dan padi. Berdasarkan temuan genetik,antropologi, dan arkeologi diketahui daerah asal jagung adalah amerika tengah (meksiko bagian selatan). Klasifikasi tanaman jagung : kerajaan : Plantae, divisio : Spermatophyta, subdivisio : angiospermae, ordo : Graminae, familia : Graminaceae, genus : Zea, spesies : Zea mays L.

SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tan
ah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dican
gkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur s
eperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih ya
ng tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah be
nih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan c
iri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu
daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penya
kit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit ka
rat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab:
cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.




TANAMAN KENTANG

SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.

2.2. Media Tanam
Struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
- Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
- Bila bibit membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi direndam dulu menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).

3.2. Pengolahan Media Tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Natural Glio yang sudah terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu, ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000 m2).

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pemupukan Dasar
a. Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha).
b. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secukupnya secara merata di atas bedengan, dosis 1-2 botol/ 1000 m². Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA dengan cara :
alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.
Penyiraman POC NASA / SUPER NASA dilakukan sebelum pemberian pupuk kandang.
c. Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam,

3.3.2. Cara Penanaman
Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim hujan (April-Juni).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan.

3.4.3. Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara.

3.4.4. Pemupukan Susulan
a. Pupuk Makro
Urea/ZA: 21 hari setelah tanam (hst) 300 kg/ha dan 45 hst 150 kg/ha.
SP-36: 21 hst 250 kg/ha.
KCl: 21 hst 150 kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha.
Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.
b. POC NASA: mulai umur 1 minggu s/d 10 atau 11 minggu.
Alternatif I : 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis 4 tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 lt air.
Alternatif II : 5 – 6 kali (interval 2 mingu sekali dengan dosis 6 tutup/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum 200 lt air.
c. HORMONIK : penyemprotan POC NASA akan lebih optimal jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3 botol/drum 200 liter air).

3.4.5. Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama

Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) penyemprotan Natural Vitura dan sanitasi lingkungan.

Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong dan membakar daun yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona atau BVR.

Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian: Pengocoran Pestona.

Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian : Pengocoran Pestona.

Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda. Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang terserang; (2) mengunakan Pestona atau BVR.

3.5.2. Penyakit
Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk/mati. Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian: sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam

Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras. Pengendalian: pergiliran tanaman. Pencegahan : Natural Glio sebelum/awal tanam

Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan melakukan pergiliran tanaman.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.

TANAMAN PERKEBUNAN

Rabu, 21 Juli 2010

TANAMAN KAKAO

Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. Klasifikasi : kerajaan : Plantae, divisi : Magnoliophyta, kelas : magnoliopsida, ordo : Malvales, famili : Malvaseae, genus : Theobroma, spesies : Theobroma cacao.


Persiapan Lahan
- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
- Gunakan tanaman penutup tanah terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan.
- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3).

pembibitan

- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal
- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api.

Penanaman

a. Pengajiran
- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm
- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam

- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit
- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bu
lan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali.


Pengendalian Hama & Penyakit
- Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan pestisida.


- Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, apabila serangan di ambang normal disemprot dengan pestisida.

- Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang meru
pakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan pestisida.

- Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala s
erangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau pestisida.

- Helopeltis antonii,
menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan pestisida (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

- Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian b
awahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan pestisida.

- Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora),
gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur.

- Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : ker
ok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Pemangkasan
- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
- Pangkas P
emeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air pada batang pokok atau cabangnya.
- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.

Panen

Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai b
uah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.

Pengolahan Hasil
Fermentasi, tahap awal pe
ngolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao a
dalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.



TEMBAKAU
Tembakau merupakan produk pertanian yang di proses dari daun tanaman dari genus nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat. Tanaman tembakau curah hujan rata-rata 2000mm/th, suhu udara yang cocok antara 21 - 32 C, Ph antara 5-6 , tanah gembur, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga meningkatkan drainase. ketinggian 200-3000 m dpl.

Pembibitan
- biji utuh tidak terserang penyakit dan tidak keriput
- siapkan media semai ( tanah dan pupuk kandang)
- benih dikecambahkan dalam baki, tunggu beberapa hari apabila sudah kelihatan akarnya benih sudah siap untuk di semai.
- siram media semai hingga basah kemudian masukkan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis.
- bibit dapat dipindahkan apabila sudah berumur 35-55 hari setelah semai.

Penanaman
- lahan disebari pupuk kandang dan di bajak kemudian tanah dilubangi sesuai jarak yang diinginkan
- basahi lalu sobek polibeg lalu benamkan bibit sedalam leher akar.

Hama
- Ulat grayak (spodoptera litura)
gejala berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian : pangkas lalu bakar sarang telur dan ulat, penggenangan pada pagi dan sore, dan semprot pestisida.

- Ulat Tanah (Agrotis ypsilon)
Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah.
Pengendalian : pangkas daun sarang telur/ulat lalu di bakar, penggenagan sesaat, lalu semprot dengan pestisida.
- Ulat penggerek pucuk (Heliothis sp.)
Gejala : daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis.
Pengendalian : bagian tanaman yang terserang di kumpulkan lalu dimusnahkan telur / ulatnya, sanitasi kebun. Apabila serangan sangat merugikan maka dilakukan penyemprotan pestisida.

- Nematoda (Meloydogyne sp.)
Gejala : Bagian akar tanaman yang terserang tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati.
Pengendalian : sanitasi kebun.

- Jenis kutu-kutuan (Thrips sp, Aphis sp.)
pembawa penyakit yang disebabkan oleh virus.
pengendalian : dikendalikan dengan menggunakan musuh alami (predator koksinelid)


Penyakit
-Hangus batang (damping off)
penyebab : jamur Rhizoctonia solani.
Gejala : batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar.
Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar.

- Bercak coklat
penyebab : Jamur Alternaria longipes.
Gejala : timbul bercak-bercak coklat selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian, jamur juga menyerang batang dan biji.
pengendalian : mencabut dan membakar tanaman yang terserang.

- Busuk Daun
penyebab : bakteri Scerotium rolfsii
gejala : daun membusuk, akar bila diteliti diselubungi oleh cendawan.
penegndalian : cabut dan bakar tanaman yang terserang.

- Penyakit virus
penyebab : virus mozaik (Tobacco Virus Mozaik), (TMV).
gejala : pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
pengendalian : menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi cabut kemudian dibakar.




TANAMAN KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN
Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2.2. Media Tanam
Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyemaian

Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :


Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman

3.2. Teknik Penanaman
3.2.1. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.

3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.

3.2.3. Cara Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.3. Pemeliharaan Tanaman
3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.

3.3.2. Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

3.3.3. Pemupukan
Anjuran pemupukan sebagai berikut :


3.3.4. Pemangkasan Daun
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
a. Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.

3.3.5. Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan.

3.3.6. Penyerbukan Buatan
Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga.
a. Penyerbukan oleh manusia
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.

Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

3.4. Hama dan Penyakit
3.4.1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

3.4.2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.

c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen
3.5.1. Umur Panen
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.



TANAMAN HORTIKULTURA

Senin, 19 Juli 2010

TANAMAN BUAH

Tanaman Jeruk


Jeruk adalah tumbuhan yang berbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa yang segar, buah jeruk merupakan sumber vitamin c yang berguna untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin c nya sangat beragam, tetapi berkisar antara 27 - 49 mg/100 g daging buah.
jeruk termasuk marga citrus dari suku rutaceae (suku jeruk-jerukan).

*Hama Tanaman Jeruk

Lalat Buah
Lalat buah (Bactrocera dorsalis, B. neohumeralis, B. pedestris) tergolong dalam kingdom : Animalia, Philum : Arthropoda, Class : Insecta, famili : Tephritidae dan ordo : diptera.
Morfologi
Lalat buah meletakkan telurnya berkelompok dibawah kulit jeruk atau didalam luka pada permukaan buah, bentuknya menyerupai bulan sabit. jumlah telur yang diletakkan kutang lebih 15 butir. setelah 2 hari telur menetas menjadi larva yang berwarna putih keruh, berbentuk bulat panjang dan salah saru ujungnya runcing. larva hidup dan berkembang didalam buah selama 6 - 9 hari menyebabkan buah menjadi busuk, apabila larva sudah dewasa akan keluar dari buah dan memasuki stadium pupa tepat dibawah permukaan tanah, pupa berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap dengan 2 garis kuning membujur pada bagian perut terdapat 3 garis melintang. sedangkan lalat betina ujung perutnya lebih runcing dan lalat jantan lebih bulat. Siklus hidupnya berlangsung 15 hari dari telur sampai dewasa. Hama lalat buah dapat ditemukan didaerah penghasil jeruk antara lain Sumatra utara dan jawa timur.
Gejala Serangan
Gejala serangan pada permukaan kulit buah ditandai dengan adanya titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telurnya kedalam buah selanjutnya telur menetas dan menjadi larva, akibat gangguan dari larva akhirnya buah menjadi busuk dan gugur sebelum matang.
Cara Pengendalian
Peraturan Karantina
Penerapan peraturan karantina yang tepat dapat menekan perkembangan masuknya lalat buah dari wilayah / negara lain yang mempunyai masalah lalat buah.

Kultur teknis
-
sanitasi kebun : bertujuan untuk memutus siklus hidup lalat buah dengan cara mengumpulkan buah yang terserang kemudian di musnahkan(dibakar/dikubur).
- penggunaan tanaman perangkap, biasanya menggunakn tanaman yang nilai ekonomisnya rendah contoh : pohon selasih.

Mekanis / Fisis
Pengerondongan buah, cara ini bertujuan agar buah terhindar dari serangan lalat tetapi cara ini hanya dilakukan dalam areal skala kecil.

Pengasapan
tujuannya adalah untuk mengusir lalat buah.


Kutu Daun
Kutu daun (Toxoptera citricidus,T. Aurantii, Myzus persicae dan Aphis gossypii), Klasifikasi : kingdom : Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insecta, ordo : Hemiptera, subordo : Sternorrhyncha, superfamili : Aphidoidea, famili : Aphididae.

Morfologi
Kutu daun berukuran kecil antara 1 - 6mm, tubuhnya lunak dan mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar 25 *C dan 21 hari pada 15 *C.

Gejala Serangan
Gejala yang terlihat bila terserang kutu daun adalah daun atau tunas menggulung pada bagian tersebut kadang nampak koloni kutu berwarna hitam, hijau atau coklat.

Cara pengendalian
- secara kultur teknis dengan menggunakan mulsa jerami ditempat pembibitan jeruk
- secara biologis dengan cara memanfaatkan musuh alami
- dengan menggunakan insektisida



Kutu Loncat
Kutu loncat (Diaphorina citri) Klasifikasi : kingdom : Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insecta, ordo : Hemiptera, subordo : Sternorrhyncha, superfamili : Psylloidea, famili : Aphalaridae.

Morfologi
Kutu loncat jeruk mempunyai 3 stadia hidup yaitu telur, nimfa dan serangga dewasa. siklus hidupnya berlangsung antara 16 - 18 hari pada kondisi panas sedangkan pada kondisi dingin 45 hari, selama setahun serangga ini dapat mencapai 9 -10 generasi.
telur berbentuk lonjong dan agak menyerupai buah alpukat warna kuning terang. bagian tanaman yang menjadi tempat meletakkan telur adalah tunas daun atau jaringan tanaman yang masih muda, setelah 2 - 3 hari telur menetas.
nimfa yang baru menetas hidup berkelompok pada jaringan tanaman muda dan menghisap cairan tanaman, setelah berumur 2 - 3 hari nimfa menyebar dan mencari makan pada daun-daun muda disekitarnya periode ini berlangsung hingga 12 - 17 hari.
stadium dewasa ditandai dengan terbentuknya sayap dan kutu ini dapat terbang dan meloncat, warna kutu dewasanya coklat muda sampai coklat tua, matanya berwarna kelabu dan bercak-bercak coklat bagian abdomennya berwarna hijau terang kebiruan dan orange panjang tubuhnya sekitar 2 - 3 mm.

Gejala serangan
Tanaman yang terserang pada bagian tangkai, kuncup daun muda. gejala serangan pada umumnya tunas menjadi keriting sehingga menghambat pertumbuhan apabila serangan cukup parah maka bagian tersebut akan mati.

Cara Pengendalian
pengendalian menggunakan cara biologis dengan memanfaatkan parasit dari nimfa tetrastichus radiatus dan diaphorenxyrtus aligarhensis, apabila serangan kutu loncat diatas ambang kewajaran maka pengendalian menggunakan insektisida dapat dilakukan.




Tanaman Mangga


Antraknosa (Anthracnose) :

Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.

Morfologi dan daur penyakit

Patogen mempunyai hifa bersepta, warna hialin yang kemudian berubah menjadi gelap. Aservulus banyak terbentuk pada bagian tanaman sakit kecuali pada buah. Konidium berbentuk jorong atau bulat telur dengan bagian ujung membulat, tidak bersepta dengan warna hialin.

Patogen dapat bertahan pada ranting-ranting sakit di pohon atau pada daun-daun sakit di pohon atau di permukaan tanah. Pada cuaca lembab dan berkabut patogen membentuk spora (konidium). Spora keluar dari aservulus seperti massa lendir berwarna merah jambu, dan spora tersebut disebarkan oleh percikan air hujan dan oleh serangga. Infeksi pada buah dapat terjadi melalui inti sel pada buah yang matang dan pori-pori pada buah yang masih hijau.


Keadaan cuaca yang sangat lembab sangat cocok untuk pembentukan spora dan terjadinya infeksi. Patogen tidak tumbuh pada kelembaban kurang dari 95°C.

Tingkat ketahanan tanaman terhadap penyakit dipengaruhi oleh jenis mangga dan bagian tanaman yang terserang. Bagian tanaman yang pertumbuhannya cepat lebih rentan terhadap patogen tersebut.

Penyakit ini menyebar di pertanaman mangga di seluruh Indo­nesia. Di luar negeri penyakit ini terdapat di Malaysia, Filipina, Thailand, India, Srilangka, Fiji, Florida, Trinidad, Peru, Puerto Rico, Hawaii, Afrika Selatan, Hindia, Barat, Brasilia.

Gejala serangan

Pada daun terjadi bercak-bercak tidak teratur dengan ukuran kurang dari 5 mm, kecuali bila terjadi penyatuan bercak-bercak ter­sebut. Pusat bercak sering pecah sehingga menyebabkan bercak berlubang. Daun yang sakit mengering dan gugur. Serangan pada tangkai daun dapat menyebabkan daun layu dan rontok. Pada batang muda bercak-bercak berwarna kelabu yang bisa berkembang dan menggelangi batang yang dapat menyebabkan matinya bagian yang terserang.

Pada bagian bunga terjadi bintik-bintik kecil berwarna hitam terutama pada keadaan cuaca lembab, dan dapat menyebabkan rontoknya sebagian atau seluruh kuncup bunga.

Buah juga dapat terinfeksi, pada buah-buah yang matang terlihat gejala khas yaitu bercak-bercak hitam pada bagian kulit, yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu daging buah membusuk.

Tanaman inang lain

Bawang merah, bawang putih, jambu mete, srikaya, sirsak, teh, pepaya, tapak dara, jeruk, beras tumpah, bisbul, kesemek, dracaena, kelapa sawit, kastuba, manggis, karet, leci, pala, apokat, jambu biji, kecipir, krandang (Pueraria sp.), delima, pear, kakao dan anggrek Vanda.

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Tidak mengusahakan mangga secara komersial di daerah basah/lembab

- Pemeliharaan tanaman sebaik-baiknya

- Jarak tanam di pesemaian tidak terlalu rapat

- Sanitasi ranting yang mati, setelah masa panenan

- Penanaman kultivar tahan

· Cara kimiawi

- Aplikasi fungisida dilakukan apabila:

- Daun mengalami malformasi dan terjadi gugur daun

- Gejala terjadi pada malai bunga dan kondisi lingkungan menguntungkan bagi perkembangan penyakit.

- Hujan turun secara terus-menerus selama 1 – 2 hari, sehingga kelembaban menjadi tinggi

- Pencelupan buah dengan air panas (55oC) atau air panas ditambah fungisida benomil (500ppm)/diabendazol (90 ppm) selama 5 menit sebelum pengepakan.



Penggerek Buah (Sternochetus frigidus F.)


Penggerek Buah : Sternochetus frigidus F .

Famili : Curculionidae (Kumbang moncong)

Ordo : Coleoptera

Morfologi/Bioekologi

Kumbang dewasa dapat berkopulasi beberapa kali. Kumbang tersebut dapat terbang dan bergerak jauh dari tempat munculnya. Pada siang hari hidup di celah-celah kulit retak, atau di bawah kulit kayu benalu. Warna tubuh samar-samar, sehingga sulit ditemukan, makan pada malam hari, dan sering makan getah yang keluar dari lubang gerekan.Telur diletakkan pada buah yang bergaris tengah minimum 6 cm. Kumbang betina meletakkan telur pada kulit buah dengan ovipositornya. Telur diselimuti dengan lapisan berwarna coklat yang terdiri dari getah yang keluar dari lubang gerekan.

Larva muda (yang baru menetas) langsung masuk ke dalam daging buah menuju ke arah biji untuk menghindar dari jaringan yang bergetah karena apabila terjadi kontak dengan getah dapat mengakibatkan kematian larva muda. Larva tidak menyerang kulit biji, hanya menggerek daging buah, larva minum cairan buah, dengan demikian lorong gerekan relatif kering. Kotoran larva dalam bentuk butiran bertumpuk di da1am lubang gerekan.

Pupa terdapat dalam kokon yang berwarna coklat. Pupa sangat aktif apabila diganggu.

Hama tersebut dapat ditemukan di daerah sentra produksi mangga antara lain di Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Gejala serangan

Penggerek (larva, pupa, dan serangga dewasa/kumbang yang baru muncul dari pupa) tinggal dalam buah matang yang kulitnya masih utuh seperti tidak terjadi serangan. Lubang gerekan larva dimulai dari arah yang berdekatan dengan biji menuju daging buah. Serangan penggerek tidak menyebabkan meningkatnya buah yang gugur, namun demikian akan menurunkan kualitas buah.

Tanaman inang lain

Kebembem, kweni dan bacang.

Pengendalian

· Cara biologi

- Pemanfaatan parasitoid Flavopimpla mangae Betr (sejenis tabuhan tetapi masih kurang efektif).

- Bruchorida sp., semut Oecophylla smaragdina (semut rangrang), dapat mengusir penggerek dewasa.

· Cara mekanis dan fisik

- Mengumpulkan buah busuk yang kemungkinan terserang penggerek, lalu memusnahkannya.



Penggerek Cabang (Rhytidodera simulans Wh.)


Penggerek Cabang : Rhytidodera simulans Wh.

Famili : Cerambycidae

Ordo : Coleoptera

Morfologi/Bioekologi

Larva R. simulans berwarna putih kusam panjangnya sampai 7 cm. Larva instar akhir (mendekati masa pupa) membuat lubang gerek 1 – 1,5 cm. Kumbang aktif pada malam hari. Telur berwarna coklat-merah berbentuk oval, panjangnya sekitar 2 mm, terdiri dari 3 - 5 kelompok. Kumbang mampu hidup 50 - 100 hari dan menghasilkan telur sekitar 160 butir. Masa perkembangannya 7 - 8 bulan.

Hama tersebut dapat ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur.

Gejala serangan

Pada tanaman yang rusak berat, dapat mengakibatkan kerusakan bunga dan cabang patah. Pada bekas patahnya cabang, terlihat lubang dan saluran gerekan. Dari lubang gerekan tersebut mengalir cairan getah berwarna hitam. Pada cabang-cabang yang mati apabila dibelah pada bekas saluran tersebut seringkali menjadi tempat tinggal semut.

Tanaman inang lain

Kweni, bacang, kebembem.

Pengendalian

· Cara Biologi

- Memanfaatkan parasitoid telur Anagyrus dan Eupelmus (Promuscidae)

· Cara kimiawi

- Menggunakan insektisida efektif.




Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)

Lalat Buah : Bactrocera dorsalis, B. neohumeralis, B. pedestris

Famili : Tephritidae

Ordo : Diptera

Morfologi/Bioekologi

Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, diletakkan berkelompok 2 - 15 butir dan dalam waktu ± 2 hari. Telur yang diletakkan di dalam buah akan menetas menjadi 1arva. Seekor lalat betina mampu menghasilkan telur 1200 - 1500 butir.

Larva berwarna putih keruh atau putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva terdiri atas tiga instar, dengan lama stadium larva 6 - 9 hari.

Larva setelah berkembang maksimum akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan melenting dari buah dan masuk ke dalam tanah untuk menjadi pupa. Pupa berwarna coklat, dengan bentuk oval, panjang ± 5 mm dan lama stadium pupa 4 - 10 hari.

Imago rata-rata berukuran panjang ± 7 mm, lebar ± 3 mm dengan warna toraks dan abdomen antar spesies lalat buah bervariasi misalnya oranye, merah kecoklatan, coklat, atau hitam. Demikian pula sayapnya transparan dengan bercak-bercak pita (band) yang bervariasi merupakan ciri masing-masing spesies lalat buah. Pada lalat betina ujung abdomennya lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur, sedangkan abdomen lalat jantan lebih bulat. Secara keseluruhan daur hidup lalat buah berkisar ± 25 hari.

Hama lalat buah pada tanaman mangga banyak dijumpai di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Gejala serangan

Gejala awal pada permukaan kulit buah ditandai dengan adanya noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telurnya ke dalam buah. Selanjutnya akibat gangguan larva yang menetas dari telur di dalam buah, maka noda-noda tersebut berkembang menjadi bercak coklat di sekitar titik tersebut. Larva memakan daging buah, dan akhirnya buah menjadi busuk dan gugur sebelum matang.

Tanaman inang lain

Menyerang lebih dari 20 jenis buah-buahan, diantaranya belimbing, pepaya, jeruk, jambu, pisang, dan cabai merah


Pengendalian
Cara peraturan

- Menerapkan peraturan karantina antar area/wilayah/negara yang ketat untuk tidak memasukkan buah yang terserang dari daerah endemis.

Cara kultur teknis

- Pencacahan tanah di bawah tajuk pohon yang agak dalam dan merata agar pupa yang terdapat di dalam tanah akan terkena sinar matahari dan akhirnya mati.

- Pembungkusan buah saat masih muda dengan kantong plastik, kertas semen, kertas koran, atau daun pisang.

· Cara fisik/mekanis

- Mengumpulkan buah yang terserang baik yang masih berada pada pohon maupun yang gugur, kemudian dibakar atau dibenamkan 60 – 70 cm dalam tanah agar larvanya terbunuh.

- Pengasapan di sekitar pohon dengan membakar serasah/jerami sampai menjadi bara yang cukup besar untuk mengusir lalat. Pengasapan dilakukan 3 – 4 hari sekali dimulai pada saat pembentukan buah dan diakhiri 1 –2 minggu sebelum panen.

· Cara biologi

- Penggunaan perangkap yang diberi umpan atau atraktan (misalnya Methyl Eugenol)

- Menurunkan populasi lalat dengan melepas serangga jantan mandul (steril) dalam jumlah yang banyak, agar kemungkinan berhasilnya perkawinan dengan lalat fertile di lapang menjadi berkurang.

- Pemanfaatan musuh alami antara lain Biosteres sp., Opius sp., (Braconidae), semut (Formicidae), laba-laba (Arachnidae), kumbang (Staphylinidae) dan cocopet (Dermaptera).

- Penanaman tanaman selasih di sekitar kebun.

· Cara kimiawi

- Dilakukan apabila dijumpai lalat buah dalam perangkap dan diulang setiap 4–7 hari sampai populasi turun

- Pemberian umpan semprot (bait spray), yaitu umpan protein yang mengandung ammonia dicampur dengan insektisida khlorfirifos atau malation.


Bercak daun Kelabu (Pestalotiopsis mangiferae (Henn.) Stey)


Bercak daun Kelabu
Pestalotiopsis mangiferae (Henn.) Stey.

Gejala Serangan
Pada daun-daun tua terjadi bercak-bercak yang bentuknya tidak teratur, berwarna kelabu keputih-putihan, dengan panjang bercak beberapa mm. Bercak-bercak dapat bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang dapat mencapai beberapa cm. Bercak biasanya dibatasi oleh tepi berwarna gelap. Pada bercak tua pada bagian yang berwarna kelabu, terdapat titik-titik hitam yang terdiri dari tubuh buah patogen. Seringkali bagian ini pecah dan menimbulkan lubang.

Morfologi dan Daur Penyakit

Konidium cendawan berbentuk kumparan, dan berdinding tebal. Konidium berwarna kecoklatan, dengan sel pangkal dan sel ujung hialin. Sel ujung mempunyai 3 seta (ekor).

Penyakit ini ditemukan di Indonesia, India, Filipina, dan Malaysia.


Tanaman Inang Lain

Belum diketahui

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Pemeliharan tanaman secara baik

- Sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber inokulum

· Cara kimiawi

- Penggunaan fungisida yang efektif bila dijumpai serangan




Wereng Mangga (Idiocerus niveosparsus Leth.)


Wereng Mangga : Idiocerus niveosparsus Leth.

Famili : Jassidae

Ordo : Homoptera

Morfologi/Bioekologi

Telur diletakkan dalam bentuk barisan terdiri dari 2 - 12 baris pada kulit atau epidermis tanaman muda. Tonjolan kecil berwarna putih merupakan indikasi tempat telur diletakkan. Nimfa muda berwarna putih kekuning-kuningan dan tidak lama kemudian berubah warna menjadi coklat tua. Nimfa bergerak cepat, tetapi hanya serangga dewasa yang dapat melompat. Total waktu perkembangannya 12 - 16 hari. Serangga sering muncul terutama di musim kemarau.

Hama wereng mangga tersebut terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Gejala serangan

Kerusakan terjadi pada bunga karena tertutup oleh lapisan penutup telur. Nimfa dan serangga dewasa menghisap cairan sel daun-daun muda/pucuk dan tangkai bunga, sehingga bagian tersebut layu, mengering lalu gugur. Pada bibit mangga, produksi embun madu yang berlebihan mengganggu pertumbuhan dan bahkan dapat mematikan bibit karena diikuti tumbuhnya embun jelaga.


Pengendalian

· Cara biologi

- Memanfaatkan parasitoid telur Cendradora sp. (dapat memarasit sampai 40 %), Oligosita sp., dan Neobrachista java Gir.

· Cara mekanis

- Memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang

· Cara kimiawi

- Aplikasi insektisida efektif apabila dijumpai 5 ekor wereng pada saat pembungaan dan pembentukan buah.


Penggerek Ranting (Sternochetus goniocnemis (Msh)


Penggerek Ranting: Sternochetus goniocnemis (Msh)

Famili : Curculionidae

Ordo : Coleoptera



Nama umum : Sternochetus frigidus
(Fabricius, 1787)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae

Morfologi/Bioekologi

Pupa ditempatkan di dalam saluran gerekan yang ditutupi dengan sumbat kayu. Waktu yang dibutuhkan untuk berkembang 6 - 10 minggu, dan penggerek dapat hidup 2 - 5 bulan. Produksi telur di laboratorium maksimum 15 butir. Kumbang berukuran 6 mm, berwarna coklat kehitaman dan berkulit keras.


Hama tersebut dapat ditemukan di daerah sentra produksi mangga antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Gejala serangan

Larva membuat saluran gerekan tidak lebih dari 2,5 cm di dalam ujung ranting yang berdiameter kurang lebih 6 mm. Serangan pada ranting tampak dengan adanya benjolan seperti gumpalan yang merupakan campuran kotoran serangga dengan getah. Larva aktif pada malam hari, menggerek bagian dalam kulit kayu yang hijau, pucuk dan ranting. Makanan utamanya adalah jaringan daun muda.


Pengendalian

· Cara biologi

- Parasitoid Bruchorida sp. (famili Chalcididae), tetapi masih kurang efektif.

· Cara mekanis

- Memotong pucuk dan ranting terserang sampai pada batas bagian yang sehat, kemudian dibakar atau dimusnahkan.



Penyakit Kulit (Botryodiplodia Botryodiplodia theobromae Pat.)



Penyakit Kulit Botryodiplodia : Botryodiplodia theobromae Pat. atau dengan nama lain

Diplodia mangiferae Koord.

Morfologi dan daur penyakit

Cendawan membentuk piknidium dengan konidium berbentuk jorong, bersel 1, hialin pada waktu muda dan kemudian setelah dewasa konidium bersel 2, dan berwarna gelap. Patogen dapat mempertahankan diri pada ranting-ranting, dan kulit cabang yang terinfeksi.

Penyinaran matahari secara penuh dan mendadak pada pangkal cabang dan batang lain akibat pemangkasan yang terlalu berat, dapat mendorong per-kembangan patogen. Pemetikan buah pada keadaan cuaca lembab dan adanya pelukaan dapat mendorong terjadinya infeksi pada buah yang dipanen.

Di Indonesia penyakit ini terdapat di Purworejo (Jawa Tengah).

Gejala serangan

Pada bagian tanaman yang terserang yaitu batang atau cabang, mengeluarkan blendok, kulit berwarna gelap, kemudian mengering dan agak mengendap dan selanjutnya pecah dan mengelupas sebagai kepingan. Bagian yang sakit menjadi luka yang terbuka (kanker). Cabang yang terserang berat bisa mati. Penyakit ini biasanya timbul pada pangkal batang dan cabang-cabang yang mendadak menerima sinar matahari penuh antara lain karena pemangkasan ter­lalu berat. Patogen ini dapat menyebabkan matinya ujung tanaman (dieback) pada ranting tanaman, juga dapat menyebabkan busuk lunak pada buah.

Tanaman inang lain

Nenas, nangka, teh, jeruk, kopi, akar tuba (Derris spp.), kelapa sawit, sawo, lengkeng, manggis, karet, ubi jalar, leci, kweni, ubi kayu, pisang, rambutan, apokat, jambu biji, kakao, kemiri, jagung

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Menghindari pemangkasan tanaman terlalu berat

- Sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber inokulum

· Cara kimiawi

- Pengapuran pangkal batang

- Menutup bagian tanaman yang luka pada waktu pemangkasan dengan karbolium plantarium

- Penggunaan fungisida yang efektif bila dijumpai gejala serangan




PISANG

Trips Buah Pisang (Chaetanaphotrips signipennis)


Gejala Serangan

Serangga trips mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap yang menyebabkan kulit buah pisang menjadi rusak berupa bintik-bintik coklat kemerahan dan keras. Hama ini menyerang bunga dan buah muda, sehingga luka-luka yang diakibatkannya meninggalkan bekas berupa bintik-bintik dan goresan pada kulit buah yang telah tua.

Morfologi/Bioekologi

Hama trips mempunyai panjang tubuh antara 1,2 – 1,7 mm. Serangga ini mempunyai sepasang sayap, berwarna kuning dengan dasar hitam. Serangga ini berbiak dengan cara bertelur, yang diletakkan secara berkelompok di dalam jaringan tanaman seperti batang dan kadang kala pada tandan buah. Telur berbentuk oval dan berwarna putih kemudian menetas menjadi nimfa berwarna putih kekuning-kuningan. Pada stadia nimfa dapat bergerak aktif dan berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain. Nimfa mempunyai beberapa stadia sebelum berubah menjadi dewasa (imago). Imago berwarna kuning dengan sayap dasar berwarna hitam. Siklus hidup hama ini antara 35 – 40 hari.

Pengendalian

  • Cara mekanis

    • Pembungkusan tandan buah dengan kantong plastik polyetiline berwarna biru, yang dilakukan sedini mungkin pada saat tandan buah sejak jantung pisang masih belum membuka (bunga belum mekar)

  • Cara kimiawi

    • Penggunaan insektisida kontak seperti Kelthane (2 cc/l air), Elsan 60 EC (2 cc/l air), Mikarb 50 WP. (4 gr/l air).





Penggerek Bonggol Pisang

Kumbang Cosmopolites sordidus germar

Gejala Serangan

Larva menggerek bonggol masuk dengan cara membuat terowongan-terowongan pada bonggol pisang. Terowongan yang dibuat oleh larva merupakan tempat unuk masuknya patogen lain seperti Fusarium, sehingga dapat menyebabkan kerusakan dan busuknya jaringan bonggol pisang. Pada serangan berat, bonggol pisang dipenuhi lubang gerekan yang kemudian menghitam dan membusuk.

Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini menyebabkan tanaman muda mati, lemahnya sistem perakaran, transportasi zat makanan terhambat, daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga produksi menurun.

Morfologi/Bioekologi

Serangga dewasa (kumbang) berwarna hitam, aktif pada malam hari dan bersembunyi di dalam dan di sekitar bonggol pisang atau di antara pelepah batang semu pisang.

Serangga dewasa berukuran 12 mm dan dapat hidup 1–3 tahun, akan tetapi produksi telur relatif sedikit yaitu 1–3 butir per minggu. Kebanyakan telur diletakkan pada tanaman pisang terutama dekat pelepah dan dasar batang semu kira-kira 5 cm di bawah permukaan tanah. Stadia telur berlangsung kira-kira satu minggu, larva masuk ke dalam bonggol pisang dengan cara membuat terowongan menuju bonggol pisang. Panjang larva bisa mencapai 14 mm, stadia larva berlangsung 14–21 hari. Pupa berwarna putih dengan panjang 12 mm, masa pupa berlangsung di dalam lubang gerekan berkisar 5–7 hari. Siklus hidupnya selama 1–2 bulan dari telur sampai dewasa.

Tanaman Inang Lain

Tanaman pisang serat

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Penanaman bibit sehat. Bonggol bibit dibersihkan dari hama dan penyakit dengan cara direndam dalam insektisida efektif selama beberapa menit.

· Cara biologi

- Pemanfaatan predator jenis kumbang Plaesius javanus Er., yang stadia larva maupun dewasanya memakan larva kumbang C. sordidus, Hololepta sp., Chrysophilus ferrugineus wied dan Ceromasia sphenophori Villen.

- Cendawan Metarrhizium sp. menyerang larva kumbang C. sordidus.

· Cara eradikasi

- Tanaman terserang dipotong-potong termasuk bonggolnya dan dikubur di dalam tanah.

· Cara mekanis

- Menangkap kumbang yang ada pada potongan batang kemudian dimusnahkan

· Cara Kimiawi

- Menaburkan insektisida butiran di sekitar pangkal batang pisang lalu ditutup dengan tanah.





Penggerek Batang Pisang

(Odoiporus longicolis Oliv)




Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Coleoptera

Family: Curculionidae

Sumber gambar : CABI

Gejala Serangan

Kerusakan akibat hama ini ditandai oleh adanya lubang-lubang disepanjang batang semu. Pada serangan berat, batang semu menjadi terbelah dan mengeluarkan lendir (blendok). Akibatnya batang semu menjadi patah dan akhirnya tanaman mati. Hama tersebut dapat dijumpai di seluruh Asia Tenggara.

Morfologi/Bioekologi

Mudah dikenal karena moncongnya yang panjang (snout). Bentuk prothoraxnya agak pipih berukuran 16 mm. Telur diletakkan pada pelepah pisang kemudian bila telur telah menetas, larva akan menggerek batang pisang bagian atas. Pupa akan membentuk cocon pada batang tanaman. Serangga dewasa dapat terbang secara aktif pada siang hari dan tertarik pada sisa batang tanaman yang telah dipanen.

Tanaman Inang Lain

Tanaman pisang serat

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Sanitasi kebun

· Cara teknis/mekanis

- Batang yang terserang dan sisa batang pisang yang telah dipanen dipotong-potong kemudian dibenamkan ke dalam tanah.

· Cara biologi

- Musuh alami yang dapat mengendalikan hama tersebut adalah Plaesius javanus EP.

· Cara kimiawi

- Penggunaan insektisida carbofuran yang ditaburkan di sekitar batang pisang






Ngengat Kudis Buah Pisang

Nacoleia ostasema Meyr, Famili Pyralidae, Ordo Lepidoptera




Preferred Name : Omiodes indicata (Fabricius)

Taxonomic Position : Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Lepidoptera

Family: Pyralidae

Subfamily: Pyraustinae

Gejala Serangan

Larva hidup berkelompok, makan dan berkembang pada bunga dan buah pisang yang masih muda. Serangannya menyebabkan perkembangan buah menjadi terlambat dan dapat menimbulkan terjadinya kudis pada kulit buah pisang, terutama sering ditemukan pada sisir yang terakhir pada tandan pisang yang terserang. Serangan berat akan menurunkan kualitas buah.

Morfologi/Bioekologi

Dikenal sebagai hama scab (kudis/burik) pada buah pisang. Termasuk golongan kupu-kupu (Lepidoptera; Pyralidae). Kupu-kupu betina meletakkan telur dekat daun bendera secara berkelompok pada saat bunga pisang masih muda (belum mekar). Jumlah telur tiap kelompok sekitar 15 butir. Larva terdiri dari 5 instar, larva berkembang dari instar 1 sampai 5 hingga menjadi pupa membutuhkan waktu selama 16–26 hari. Di dalam satu tandan pisang ditemukan lebih dari 70 larva. Pupa terbentuk pada lapisan pisang yang sudah tua (masak). Hama dewasa (kupu-kupu) aktif pada malam hari dan lama hidup sekitar 4 hari

Tanaman Inang Lain

Tanaman pandan (Pandanus sp.)

Pengendalian

  • Cara mekanis

    Pengerodongan buah pisang dengan kantong plastik berwarna biru dan berlubang-lubang (sudah tersedia di pasaran). Kantong tersebut sudah mengandung pestisida.

  • Cara biologi
    Parasitoid Cotesia (Apanteles) sp.

  • Cara kimiawi
    Penggunaan insektisida berbahan aktif Monocrotophos dan Dimethoate.




Nematoda Parasit Akar Pisang

Radopholus similes Cobb., Pratylenchus sp., Helicotylenchus multicinctus Cobb.,

Meloidogyne spp.


Taxonomic Position

Kingdom: Animalia

Phylum: Nematoda

Class: Secernentea

Order: Tylenchida

Suborder: Tylenchina

Family: Pratylenchidae


Gejala Serangan

Gejala kerusakan yang disebabkan oleh masing-masing jenis nematoda parasit akar pisang sulit dibedakan, karena serangannya serentak dan sehingga kerusakan akar menjadi lebih cepat. Pada umumnya nematoda masuk melalui ujung akar, tetapi R. similes dapat masuk melalui semua permukaan akar dan pindah dari akar terinfeksi menuju bonggol pisang, sehingga menyebabkan luka berwarna hitam yang menyebar pada permukaan bonggol. Luka yang disebabkan oleh H. multicinctus pada umumnya terbatas pada sel luar dari korteks akar dan menyebabkan luka nekrosis yang kecil. Pratylenchus spp. masuk ke dalam jaringan akar tanaman dan menimbulkan luka nekrosis berwarna kemerah-merahan. Sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. ditandai dengan adanya gall/pembengkakan jarigan akar. Bila akar terserang berat, menyebabkan tanaman mudah roboh (tumbang) terutama pada fase pengisian buah.

Morfologi/Bioekologi

Secara umum siklus hidup nematoda parasit tumbuhan itu hampir sama. Telur menetas menjadi larva yang bentuk dan strukturnya sama dengan dewasa. Larva berkembang dengan melakukan pergantian kulit pada setiap akhir fase. Semua jenis nematoda mempunyai empat fase larva, pada fase ini nematoda sangat aktif menginfeksi akar. Pada pergantian kulit yang terakhir maka dapat diketahui jenis nematoda jantan atau betina. Nematoda jantan ditandai dengan adanya specula. Sedangkan nematoda betina mempunyai vulva dan dapat menghasilkan telur yang fertile setelah mengadakan perkawinan dengan nematoda jantan atau dengan cara parthenogenesis. Apabila kondisi menguntungkan untuk hidup maka siklus hidup bisa mencapai 3 – 4 minggu.


Pengendalian

  • Cara kultur teknis

    • Rotasi tanaman

    • Penggenangan selama beberapa bulan

    • Penggunaan varietas resisten

  • Cara mekanis

    • Menaikkan suhu tanah sampai 50 0C selama 30 menit dengan uap panas atau air panas.

    • Pencelupan bonggol anakan ke dalam air panas suhu 50 0C selama beberapa menit.

  • Cara kimiawi

    • Penggunaan nematisida Karbofuran, Etrofos dan Oksanil dengan dosis 12 gr bahan aktif per rumpun, yang diaplikasikan pada saat tanam dan diulang tiap 6 bulan.



Penyakit Layu bakteri (Penyakit Darah/Moko Desease):

Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum E.F. Smith pv. Celebensis




Nama umum : Penyakit darah (oleh bakteri
Pseudomonas sp. Nr solanacearum)
Klasifikasi : Kingdom : Proteobacteria
Kelas : Neisseriae
Ordo : Burkholderiales
Famili : Burkholderiaceae


Gejala Serangan

Bakteri menyerang pembuluh batang melalui akar dan mengeluarkan zat beracun hingga pembuluh tersebut mengeluarkan cairan berwarna merah seperti kecap/darah. Apabila pada batang terdapat luka, maka cairan merah akan keluar melalui luka tersebut. Adakalanya cairan keluar bersamaan dengan keluarnya jantung pisang. Gejala pada tajuk, baru tampak setelah timbulnya tandan buah. Mula-mula satu daun muda berubah warna, dari ibu tulang daun keluar garis coklat kekuningan ke tepi daun. Dalam jangka satu minggu semua daun menguning dan menjadi coklat. Penularan atau infeksi dapat terjadi melalui pelukaan mekanis dan penularan melalui serangga. Pada buah gejalanya agak lambat. Umumnya buah hampir menyelesaikan proses pemasakan, kemudian tampak seperti dipanggang berwarna kuning coklat, layu dan busuk. Buah yang terserang isinya terlarut sedikit demi sedikit dan berisi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang mengandung sangat banyak bakteri.

Morfologi dan Daur Penyakit

Inokulasi terjadi apabila bakteri masuk ke dalam pembuluh tanaman yang mengalami pelukaan, atau melalui penularan oleh serangga. Sedangkan inokulasi melalui batang jarang terjadi. Bakteri dapat bertahan dalam tanah dan mempertahankan virulensinya selama paling sedikit satu tahun.

Penyakit dapat menular melalui parang yang digunakan waktu menebang pisang, membersihkan batang atau memotong bunga jantan/anakan pisang. Penularan dapat terjadi juga karena pemakaian tunas dari rumpun yang sakit sebagai bibit.

Penyakit juga dapat menular melalui udara dan menginfeksi buah-buah yang dapat dilakukan oleh serangga. Bakteri yang terbawa ke kepala putik pada saat pembuahan dapat mencapai buah melalui saluran tangkai putik.

Penyakit ini terapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan juga terdapat di hampir negara produsen pisang.

Tanaman Inang Lain

Lebih dari 200 spesies tanaman yang berbeda dapat diserang oleh bakteri ini. Tanaman inang yang nilai ekonominya tinggi selain pisang adalah tembakau, kentang, tomat, terung, cabai, kacang-kacangan, tanaman hias dan berbagai jenis gulma juga dapat diserang.

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Pemberian pupuk organik (kompos, pupuk kandang)

- Penjarangan anakan, dipotong (setelah 30 cm) ±5 cm dari titik tumbuh.

- Rotasi dengan tanaman bukan inang

- Pembuatan drainase, sanitasi lingkungan pertanaman.

- Menghindari terjadinya luka pada akar.

- Menggunakan benih sehat (bukan dari daerah serangan atau rumpun terserang, menggunakan benih dari kultur jaringan) atau benih baru setiap musim tanam.

- Sistem pindah tanam setelah tiga kali panen, maksimal 3 tahun.

- Pengapuran atau abu

· Cara fisik/mekanis

- Eradikasi rumpun terserang dengan membongkar sampai ke akar-akarnya, lalu dipotong-potong, dimasukkan dalam kantong plastik, diberi formalin, dan ditutup rapat. Dapat juga mematikan tanaman/anakan terserang dengan injeksi herbisida 2,4 D 0,5% sebanyak 5 – 15 ml/tanaman.

- Memotong bunga jantan segera setelah sisir terakhir terbentuk, untuk menghindari infeksi serangga penular.

- Kondomisasi terhadap bunga

· Cara biologi

- Pemanfaatan agens antagonis seperti Pseudomonas fluerescens, Bacillus subtilis. (Entomopatogen), dengan atau tanpa kompos.

· Cara kimiawi

- Semua alat yang digunakan didisinfektan dengan kloroks (NaOCl) atau dicuci bersih dengan sabun.

- Injeksi larutan minyak tanah atau herbisida sistemik terhadap tanaman sakit dan anakannya, sebanyak 5 – 15 ml/pohon tergantung besar kecilnya tanaman. Injeksi ini dapat diulangi hingga tanaman mati.





Kerdil Pisang/Bunchy Top Virus

Musa Virus 1 (Magee) Smith, atau Banana Virus 1 J. Johnson.

Vektor: Pentalonia nigronervosa Coq. (kutu daun)




Nama umum : Banana bunchy top virus
Klasifikasi : Kingdom : Virus
Genus : Nanovirus

Gejala Serangan

Gejala bervariasi dan timbul pada bermacam-macam umur tanaman. Pada pangkal daun kedua atau ketiga, apabila dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya tembus, akan tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus. Pada punggung tangkai daun sering terdapat garir-garis hijau tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama terjadinya infeksi.

Selanjutnya daun muda lebih tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah patah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu.

Morfologi dan Daur Hidup

Dikenal sebagai Bunchy Top Virus atau Banana Virus 1. Sampai sekarang sifat virus tersebut belum diketahui dan belum dapat dimurnikan. Mudah disebarkan melalui bahan tanaman dan kutu daun. Tidak dapat ditularkan melalui alat pertanian atau cairan tanaman sakit.

Perkembangan pernyakit dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan keadaan yang terlindung. Di dataran tinggi penularan penyakit oleh vektornya lebih baik.

Di Indonesia penyakit ini tersebar di Lampung, Jawa, Bali, Kalimantan Barat, Jayapura, dan semua negara penghasil pisang.

Pengendalian

· Cara Kultur Teknis

- Menanam bibit dari rumpun yang sehat

· Sanitasi/Eradikasi

- Sanitasi kebun dengan membersihkan tanaman inang.

- Pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada tunas yang dapat hidup.

· Cara Kimia

- Pengendalian vector dengan insektisida sistemik, terutama di pembibitan/pesemaian.





Bercak Daun

(Sigatoka Disease/Blak Leaf Streak)

Mycosphaerella musicola Mulder (stadium sempurna dari Cercospora musae Zimm.) penyebab penyakit sigatoka

M. fijiensis Marelet penyebab black leaf streak

M. fijiensis var. difformis Mulder et Stover penyebab penyakit sigatoka hitam

Gejala Serangan

Gejala awal sangat jelas pada daun ke tiga dan ke empat dari pucuk yaitu mula-mula timbul bintik kuning pada tepi daun, kemudian melebar menjadi noda kuning tua kemerahan sampai kehitaman sehingga seluruh helaian daun menjadi kuning. Namun sepanjang urat daun utama (pelepah atau tangkai daun) biasanya berwarna hijau.

Penyakit ini tidak mematikan tanaman. Tetapi menyebabkan daun lebih cepat kering dan mengganggu proses pengisian buah dan pembentukan anakan. Penyakit ini juga menyebabkan buah masak sebelum waktunya.

Penyakit ini sangat penting karena tingkat kerusakan dan kerugian yang disebabkan sangat tinggi, distribusi sangat luas, dan memerlukan biaya pengendalian yang tinggi.


Morfologi dan Daur Penyakit

Cendawan lebih banyak membentuk konodium pada permukaan atas daun. Konidiofor membentuk berkas yang rapat, coklat pucat, lurus atau agak bengkok, jarang bercabang, tidak bersekat tidak mempunyai bengkokan, menyempit ke ujung, dan tidak mempunyai bekas konidium. Konidium coklat pucat berbentuk tabung atau gada terbalik.

Penyebaran penyakit dilakukan oleh konidium melalui percikan atau tetesan air, yang menyebabkan bercak-bercak terutama pada pangkal daun yang teratur pada garis lurus. Bercak tersebar atau membentuk jorong atau bulat panjang terutama pada ujung dan tepi daun. Infeksi biasanya terjadi pada daun muda yang masih menggulung atau daun yang sudah membuka.


Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Melakukan pemupukan berimbang, sesuai anjuran setempat.

· Cara sanitasi/eradikasi

- Sanitasi sumber infeksi berupa daun-daun mati/sakit, dipotong-potong lalu dibakar.





Ulat Penggulung Daun Pisang

Erionota thrax L. (Famili: Hesperidae, Ordo: Lepidoptera)




Nama umum : Erionota thrax (Linnaeus, 1767)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Hesperiidae

Gejala Serangan

Daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan daun.

Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun.

Morfologi/Bioekologi

Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari.

Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh.

Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya dilapisi lilin.

Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis). Siklus hidup di Bogor berkisar antara 5 – 6 minggu.

Tanaman Inang Lain

Tanaman pisang hias, pisang serat.

Pengendalian

· Cara mekanis

- Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan

· Cara biologi

- Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang

- Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae.




DURIAN



Ulat Daun Marumba dyras

Gejala Serangan

Hama ini menyerang daun durian, baik daun muda maupun daun tua. Tanaman yang terserang biasanya akan gundul dan tinggal hanya tangkai daunnya saja (Gambar 4A). Hama ini bersifat eksplosif dan sangat rakus.

Morfologi/Bioekologi

Telur diletakkan pada bagian atas dan bawah daun, tangkai daun. Telur diletakkan secara berkelompok yang ditutupi oleh benang-benang berwarna putih. Telur menetas selama 5-7 hari. Larva panjangnya 3-5 cm, berwarna hijau kehitaman. Lama hidup pupa 18-200 hari apabila keadaan tidak menguntungkan untuk perubahan bentuk menjadi imago. Pupa berwarna coklat tua sampai hitam dan berada di bawah permukaan tanah di sekitar pertanaman. Ngengat berwarna coklat keabu-abuan (Gambar 4B). Pada siang hari ngengat bersembunyi di sela-sela daun dan aktif pada malam hari. Ngengat sangat responsif pada cahaya.


A B

Gambar 4. Imago Marumba dyras (A) Sumber : Yahoo.com dan gejala serangannya (B)
Sumber : BPTPH Sumut, 2003

Tanaman Inang Lain

Srikaya, sirsak

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Memusnahkan sisa-sisa tanaman yang ter-serang

- Memusnahkan tanaman inang lainnya

Cara mekanis

- Memotong bagian tanaman yang terserang

berat dan dimusnahkan





Penggerek Buah (Fruit Borer):

Hama penggerek buah durian terdapat 2 jenis yaitu :

Tirathaba (=Melissablaptes, Mucialla) ruptilinea (Wkl). Ordo : Lepidoptera, Famili : Pyralidae dan Hypergea leprosticta, Ordo : Lepidoptera,

Famili : Noctuidae

Tirathaba (=Melissablaptes, Mucialla) ruptilinea (Wkl). Ordo : Lepidoptera, Famili : Pyralidae

Gejala Serangan

Hama Tirathaba ruptilinea dikenal sebagai perusak bunga dan buah. Larva merusak dengan memakan dimulai pada bagian tangkai bunga dan menggerek ke dalam. Larva menutupi bagian bekas gerekan dengan benang-benang yang dihasilkannya. Larva menjadi sangat aktif apabila diganggu.

Morfologi/Bioekologi

Ngengat mempunyai sayap depan kehijauan dan sayap belakang merah jingga (oranye). Larva berwarna coklat kehitaman. Telur diletakkan secara terpisah.

Tanaman Inang Lain

Kopi, durian, sorgum, tengkawang dan jarak (Ricinus)

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Sanitasi kebun dengan memusnahkan sisa-sisa tanaman yang terserang dengan cara membakar atau membenamkan ke dalam tanah

Cara mekanis

- Memusnahkan buah yang terserang

Cara biologi

- Pemanfaatan musuh alami antara lain lalat Tachinidae (Argyroplax basifulva), Venturia sp. (Ichneumonidae), Apanteles tirathabae (Braconidae) dan Telenomus tirathabae (Scelionidae).





Penggerek biji durian (Mudaria luteileprosa Holloway)

Gejala Serangan

Penggerek biji durian (the hole borer) merupakan hama utama pada perkebunan durian yang diusahakan secara luas. Diduga hama ini asalnya dari Malaysia kemudian tersebar ke Indonesia, Thailand dan daerah bagian timur lainnya. Kita tidak dapat menduga dari luar bahwa durian tersebut terserang oleh hama penggerek biji durian. Hama penggerek biji akan menurunkan kualitas durian dan bagian dari buah yang dimakan akan dikotori. Tidak diketahui bahwa durian telah terinfeksi oleh hama penggerek biji, baru diketahui pada saat buah tersebut telah dipanen atau pada saat larva telah keluar dari buah durian untuk membentuk pupa.

Morfologi/Bioekologi

Seekor Kupu-kupu dewasa dapat meletakkan telurnya sebanyak 100 butir. Telur diletakkan satu-satu pada buah yang masih muda di dekat tangkai batang. Larva yang menetas dari telur akan membuat lobang pada buah yang masih muda dan masuk kedalam buah menuju biji. Lubang yang dibuat sangat kecil dan sukar untuk dilihat dan pada saat buah makin membesar lubang tersebut akan tertutup. Perkembangan larva di dalam biji membu-tuhkan waktu sekitar 38 hari. Larva menggerek dan memakan biji serta kotoran yang keluar akan mengotori daging buah. Larva dapat hidup didalam biji sampai durian tersebut masak. Pada saat buah masak larva akan membuat lubang dengan diameter kira-kira sebesar 5.0-8.0 mm dan membentuk pupa di dalam tanah. Stadia pupa berlangsung lebih kurang 1 bulan. Ngengat (imago) dewasa dapat dapat hidup 7-10 hari dan dapat ditangkap dengan menggunakan perangkap cahaya.

Tanaman Inang Lain

Belum diketahui

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Memusnahkan buah dan biji yang ter-serang.

Cara mekanis

- Membungkus buah durian dengan plastik transparan dan bagian bawahnya dilubangi agar air dapat keluar pada saat tanaman membentuk buah kira-kira 1,5 bulan atau 6 minggu setelah berbunga.

- Menggunakan perangkap cahaya berupa lampu neon yang berwarna putih untuk menangkap ngengat.

Cara kimiawi

- Menggunakan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Mentan pada saat tanaman telah selesai berbunga.

- Biji durian yang akan ditanam diseleksi terlebih dahulu, kemudian sebelum ditanam dicelupkan pada insektisida.



Kutu putih (Cacao mealybug)

Planococcus (=Pseudococcus) sp.

Ordo: Homoptera, Famili: Pseudococcidae

Gejala Serangan

Hama ini menimbulkan kerusakan secara langsung dengan mengisap cairan tanaman, dan pada tingkat kerusakan berat dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman serta menim-bulkan kerontokan buah muda. Kotoran yang dike-luarkan kutu mengandung embun madu sebagai tempat hidup cendawan jelaga. Akibat serangan kutu putih menyebabkan pertumbuhan tanaman merana dan bunga maupun buah rontok.


Morfologi/Bioekologi

Kutu berbentuk oval dan pada bagian punggung terdapat garis-garis yang diselimuti lapisan lilin tipis. Nimfa muda sangat aktif bergerak dan bergerombol selama 4 minggu pertama (Gambar 2 A dan B). Nimfa menjadi dewasa setelah 37--50 hari. Sebanyak 270 embrio berkembang dalam tubuh induknya, tetapi yang berhasil menjadi dewasa hanya 30 ekor. Kutu jantan sangat jarang dijumpai. Kutu berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa kawin). Masa peletakan telur selama 4--5 minggu.


A B

Gambar 2. Kutu putih pada cabang durian (A) dan pada buah durian (B).
Sumber : Ahsol Hasyim, 2004

Tanaman Inang Lain

Jeruk, anggur, kopi, kakao, kapok, dadap, sirsak, jambu biji, bunga kupu-kupu (Bauhinia sp.).

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Sanitasi kebun dari gulma dan tanaman inang lainnya

Cara biologi

- Pemanfaatan musuh alami seperti semut hitam, dan cendawan parasit Empusa fresenii, predator Cryptolaemus montrouzieri (Coccinellidae) dan Leptomastidae abnormis (Encyrtidae).

- Pemanfaatan insektisida botani seperti larutan (ekstrak) umbi bawang putih dicampur cabai.





Kutu loncat

Allocaridara malayensis

Ordo: Famili: Psyllideae

Gejala Serangan

Pada umumnya kutu loncat menyerang bagian daun dengan cara mengisap cairan sel daun. Gejala serangan yang dapat diamati secara visual adalah adanya bintik-bintik berwarna kecoklat-coklatan pada daun hingga akhirnya ukuran daun mengecil (abnormal).

Morfologi/Bioekologi

Telur diletakkan dalam jaringan daun muda. Satu kelompok telur berjumlah 8--14 butir. Telur menetas selama 4--5 hari. Nimfa panjangnya kira-kira 3 mm.

Tubuh imago kutu loncat berwarna kecoklat-coklatan, yang diselimuti benang-benang lilin putih hasil sekresi tubuhnya.

Tanaman Inang Lain

Belum diketahui

Pengendalian

Cara mekanis

- Memusnahkan daun yang terserang

Cara kultur teknis

- Menjaga kebersihan (sanitasi) kebun, terutama dari daun-daun yang kering




Jamur upas Upasia salmonicolor Berk.et Br.

Gejala Serangan

Gejala serangan penyakit ini adalah terdapat benang-benang jamur berwarna mengkilat seperti sarang labah-labah pada cabang.

Morfologi dan Daur Penyakit

Jamur ini mempunyai sporangium bulat, dapat berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, atau secara tidak langsung dengan membentuk spora kembara (zoospora). Pythium dapat bertahan lama di tanah. Pemencaran dalam kebun pada umumnya terjadi bersama-sama dengan tanah atau bahan organik yang terangkut oleh air.

Tanaman Inang lain

Kakao

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Memangkas bagian tanaman yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban

Cara mekanis

- Memotong bagian tanaman yang terserang lalu dimusnahkan.





Hypoperigea leprosticta

Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctuidae


Gejala Serangan

Hama H.leprosticta dikenal sebagai perusak buah. Larva merusak buah dengan melubangi dan menggerogoti buah (Gambar 3A dan 3C). Buah yang terserang berat menjadi busuk dan kadang-kadang berulat, dan akhirnya berjatuhan (rontok) (Gambar 3B).

A B C D

Gambar 3. Gejala serangan H. leprosticta pada biji durian (A), Kotoran yang dikeluarkan oleh larva (B),

Larva instar akhir (C) dan Ngengat (D) Sumber : Ahsol Hasyim, 2004

Morfologi/Bioekologi

Ngengat berwarna coklat tua dengan tanda bercak putih pada sayap (Gambar 3D).

Tanaman Inang Lain

Tidak ada

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Sanitasi kebun dengan memusnahkan sisa-sisa tanaman yang terserang dengan cara membakar atau membenamkan ke dalam tanah

Cara mekanis

- Memusnahkan buah yang terserang

Cara biologi

- Pemanfaatan semut rang-rang untuk mengusir imago meletakkan telur.






Busuk buah Phytophthora palmivora Butl.

Gejala Serangan

Mula-mula pada buah terjadi bercak kebasah-basahan, lalu warnanya berubah menjadi coklat, coklat tua dan hitam. Setelah 5 hari pada bercak ini tampak jamur putih yang terdiri dari miselium dan sporangium. Penyakit busuk buah ini juga dapat terjadi pada buah yang letakknya tinggi. Hal ini diduga jamur dibawa oleh serangga.

Morfologi dan Daur Penyakit

Cara pemencaran jamur penyebab penyakit belum diketahui dengan pasti. P. palmivora pada durian diduga dapat tersebar dalam kebun bersama-sama dengan butiran tanah, oleh bahan organik yang terangkut oleh air atau oleh serangga sehingga dapat mencapai buah-buah di pohon yang tinggi letaknya. Penyebaran penyakit juga dibantu oleh angin ke daun, cabang dan buah. Penyakit akan semakin parah apabila curah hujan dan kelembaban kebun tinggi. Jika curah hujan rendah, aktivitas miselium dan meluasnya kanker batang berlangsung jauh lebih lambat. Pada cuaca kering pohon yang terserang dapat bertahan lama, dengan gejala kanker yang kulit luarnya mengelupas.

P. palmivora mempunyai banyak tumbuhan inang, namun jamur ini tidak dapat menginfeksi coklat seperti P. palmivora pada umumnya, dan hanya dapat menginfeksi pepaya (Chan dan Lim, 1986; Tai, 1971 dalam Semangun 1989). Spora Phytopthora palmivora (Gambar 5 A dan 5 B)


Gambar 5. Spora Phytopthora palmivora (atas)
dan gejala serangan pada batang (
bawah).
Sumber : CABI, 200

Tanaman Inang lain

Coklat, pepaya, karet, nenas dan jeruk

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Perbaikan drainase tanah agar tidak terlalu basah (lembab)

- Memangkas daun-daun yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban kebun.

Cara mekanis

- Memotong (memangkas) bagian tanaman yang terserang berat

- Menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang sewaktu pemeliharaan tanaman.

- Eradikasi tanaman terserang.

Cara biologi

- Pemanfaatan jamur antagonis seperti Trichoderma harzianum sebagai jamur antagonis dapat diaplikasi pada permukaan tanah untuk jamur tular tanah.

Cara kimiawi

- Mengerok atau mengupas bagian tanaman yang sakit, kemudian bekas luka diolesi dengan fungisida.





Busuk akar Pythium complectens Braun.

Gejala Serangan

Gejala serangan penyakit ini adalah cabang-cabang yang terserang atau sakit tampak mati ujung dan pada bagian yang terinfeksi di atas permukaan tanah menjadi busuk berwarna coklat hingga akhirnya dapat meluas ke bagian perakaran. Sebelum tanaman terserang berat biasanya tumbuh tunas-tunas baru dari bagian tanaman yang tidak terinfeksi.

Morfologi dan Daur Penyakit

Jamur ini mempunyai sporangium bulat, dapat berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, atau secara tidak langsung dengan membentuk spora kembara (zoospora). Pythium dapat bertahan lama di tanah. Pemencaran dalam kebun pada umumnya terjadi bersama-sama dengan tanah atau bahan organik yang terangkut oleh air.

Tanaman Inang lain

Belum diketahui

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Perbaikan drainase tanah agar tidak terlalu basah (lembab).

Cara mekanis

- Menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang sewaktu pemeliharaan tanaman.

Cara kimiawi

- Menggunakan larutan fungisida sistemik dengan cara dikocorkan atau diinfuskan pada akar.





RAMBUTAN



Ulat Daun Rambutan

Hyperaeschrella insulicola

Ordo: Lepidoptera,

Famili: Notodontidae

Gejala Serangan

Larva memakan daun rambutan hingga tanaman menjadi gundul dan meranggas, terutama pada larva instar 3 dan 4.

Morfologi/Bioekologi

Ngengat berwarna coklat berbulu halus, jantan mempunyai antenna berumbai sirip seperti daun kelapa, panjang 17-19 mm. Betina mempunyai antenna seperti cambuk tanpa sirip, panjang 22-29 mm. Lama hidup 4-5 hari.

Telur berwarna hijau kekuningan, soliter, bulat, berukuran 0,75-1,00 mm, diletakkan pada permukaan daun bagian bawah. Stadia telur 4-6 hari.

Panjang larva 40,0-55,6 mm, tidak berbulu, berkembang dalam 6 instar, bagian punggung pada larva instar 6 berwarna hijau dengan garis kuning di tengah, bagian perut berwarna hijau tua, bagian samping terdapat garis berwarna coklat kemerahan sepanjang tubuh. Sebelum menjadi pupa, larva instar 6 turun dengan merayap atau menjatuhkan diri ke tanah. Stadia larva 16-17 hari.

Pupa terbentuk dalam tanah atau tumpukan daun kering sekitar tanaman rambutan, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 18-23 mm. Stadia pupa 10-11 hari.


Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Sanitasi seresah dan gulma di bawah pohon dan sekitar tanaman yang terserang untuk memusnahkan pupa yang ada dan menghindarkan serangga dewasa berkepompong.

- Pemupukan, khususnya setelah dilakukan sanitasi dan ketersediaan air/kelembaban tanah masih cukup, untuk mempercepat pertumbuhan tanaman yang telah meranggas.

- Pemberian air pengairan (apabila memungkinkan)

· Cara fisik/mekanis

- Pengumpulan larva prapupa dan pupa serta pemusnahannya (dikubur/dibakar)

- Pengasapan/pengoboran untuk mengusir ngengat yang hinggap di pohon dan membunuh larva

· Cara kimiawi.

- Penggunaan insektisida racun kontak atau racun perut, dengan menggunakan alat aplikasi skid power srayer atau pengabut panas (fogger).




Kutu Kapas, Kutu Putih (Cacao mealybug)

Planococcus (=Pseudococcus) lilacinus



Planococcus lilacinus Cock

Taxonomic Position : Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Hemiptera

Suborder: Sternorrhyncha

Superfamily: Coccoidea

Family: Pseudococcidae

Ordo: Homoptera,

Famili: Pseudococcidae.

Gejala Serangan

Seperti homoptera lainnya, P. licasinus dapat menimbulkan kerusakan secara langsung dengan mengisap cairan tanaman, dan pada tingkat kerusakan berat dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman serta menimbulkan kerontokan buah muda. Secara tidak langsung, kutu menghasilkan embun madu sebagai tempat hidup cendawan jelaga.


Morfologi/Bioekologi

Kutu berbentuk oval dan pada bagian punggung terdapat garis-garis yang diselimuti lapisan lilin tipis. Nimfa muda sangat aktif bergerak dan bergerombol selama 4 minggu pertama.


Nimfa menjadi dewasa setelah 37–50 hari. Sebanyak 270 embrio berkembang dalam tubuh induknya, tetapi yang berhasil menjadi dewasa hanya 30 ekor. Kutu jantan sangat jarang dijumpai. Kutu berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa kawin). Masa peletakan telur selama 4 – 5 minggu.

Tanaman Inang Lain

Jeruk, anggur, kopi, kakao, kapok, dadap, sirsak, jambu biji, bunga kupu-kupu (bauhina).

Pengendalian

· Cara biologi

- Pemanfaatan musuh alami seperti semut hitam, dan cendawan parasit Empusa fresenii, predator Cryptolaemus montrouzieri (Coccinellidae) dan Leptomastidae abnormis (Encyrtidae).





Jamur Upas

Upasia salmonicolor (Berk. Et Br.) Tjorkr. Syn. Corticium salmonicolor Berk. Et Br.

Gejala Serangan

Pada cabang yang sudah berkayu mula-mula timbul benang-benang cendawan seperti sarang laba-laba yang lalu berkembang menjadi kerak cendawan berwarna merah jambu.

Cendawan berkembang terus, masuk ke dalam kulit dan menyebabkan kulit membusuk. Cendawan akan berkembang terus walaupun kulit sudah mati.


Morfologi dan Daur Penyakit
.

Penyakit lebih banyak pada musim hujan. Perkembangan cendawan terdiri atas beberapa stadium yaitu stadium sarang laba-laba (membentuk benang-benang yang mengkilat), stadium kortisium (membentuk kerak merah jambu) dan stadium nekator (membentuk badan buah), piknidium berwarna merah bata. Konidium dipencarkan oleh percikan air atau serangga.

Kelembaban merupakan faktor pendukung berkembangnya penyakit. Penyakit banyak terdapat di daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi, bahkan di daerah-daerah yang iklimnya keringpun sering kali muncul apabila kebun terlalu rapat.

Tanaman Inang lain

Menyerang bermacam-macam pohon-pohonan kurang lebih 140 jenis yang umumnya terdapat di pekarangan, kebun maupun hutan antara lain melinjo, nangka, apel, kelengkeng, karet dan jati.

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Menjaga agar kebun tidak gelap dan lembab

· Cara mekanis

- Jika cendawan sudah mencapai stadium kortisium, sebaiknya cabang dipotong lebih kurang 30 cm di bawah bagian yang kulitnya sudah membusuk

· Cara kimiawi

- Cabang yang terserang diolesi dengan fungisida tembaga pada stadium sarang laba-laba.




Benang Putih (White Thread Blight/ Jamur Rambut Kuda) Marasmius sp.



Taxonomic Position

Kingdom: Fungi

Phylum: Basidiomycota

Class: Basidiomycetes

Order: Agaricales

Family: Tricholomataceae

Gejala Serangan

Pada cabang dan ranting sering terdapat benang putih yang sering dimulai dari cabang. Benang putih tersebut bercabang-cabang yang terdiri dari miselium jamur. Benang-benang dapat mencapai daun, bercabang halus yang meluas pada permukaan bawah daun dan menyebabkan matinya daun. Daun yang telah kering masih tergantung-gantung pada ranting karena terikat oleh benang-benang cendawan tersebut.

Tanaman Inang Lain

Marasmius sp. dikenal banyak menyerang berbagai jenis tanaman tropika antara lain karet, kelapa sawit, coklat, pala, sawo, manggis, soka, dan lain-lain.

Pengendalian

· Cara mekanis

- Sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman (daun dan ranting) dan memusnahkan/membakar.

· Cara kimiawi

- Penggunaan fungisida yang efektif



Hama Tirathaba

Tirathaba (=Melissablaptes, Mucialla) ruptilinea (Wkl).




Taxonomic Position

Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Lepidoptera

Family: Pyralidae

Subfamily: Galleriinae

Ordo: Lepidoptera,

Famili: Pyralidae.

Gejala Serangan

Secara umum hama Tirathaba dikenal sebagai perusak perbungaan dan perbuahan. Larva merusak dengan memakan dimulai pada bagian tangkai bunga dan menggerek ke dalam. Larva menutupi bagian bekas gerekan dengan benang-benang yang dihasilkannya. Larva menjadi sangat aktif apabila diganggu.

Morfologi/Bioekologi

Ngengat mempunyai sayap depan kehijauan dan sayap belakang merah jingga (oranye). Larva berwarna coklat kehitaman. Telur diletakkan secara terpisah.

Tanaman Inang Lain

Kopi, durian, sorgum, tengkawang dan jarak (Ricinuas)

Pengendalian

· Cara biologi

Pemanfaatan musuh alami antara lain lalat Tachinidae (Argyroplax basifulva), Venturia sp. (Ichneumonidae), Apenteles tirathabae (Braconidae) dan Telenemus tirathabae (Scelionidae).