TANAMAN HORTIKULTURA

Senin, 19 Juli 2010

TANAMAN BUAH

Tanaman Jeruk


Jeruk adalah tumbuhan yang berbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa yang segar, buah jeruk merupakan sumber vitamin c yang berguna untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin c nya sangat beragam, tetapi berkisar antara 27 - 49 mg/100 g daging buah.
jeruk termasuk marga citrus dari suku rutaceae (suku jeruk-jerukan).

*Hama Tanaman Jeruk

Lalat Buah
Lalat buah (Bactrocera dorsalis, B. neohumeralis, B. pedestris) tergolong dalam kingdom : Animalia, Philum : Arthropoda, Class : Insecta, famili : Tephritidae dan ordo : diptera.
Morfologi
Lalat buah meletakkan telurnya berkelompok dibawah kulit jeruk atau didalam luka pada permukaan buah, bentuknya menyerupai bulan sabit. jumlah telur yang diletakkan kutang lebih 15 butir. setelah 2 hari telur menetas menjadi larva yang berwarna putih keruh, berbentuk bulat panjang dan salah saru ujungnya runcing. larva hidup dan berkembang didalam buah selama 6 - 9 hari menyebabkan buah menjadi busuk, apabila larva sudah dewasa akan keluar dari buah dan memasuki stadium pupa tepat dibawah permukaan tanah, pupa berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap dengan 2 garis kuning membujur pada bagian perut terdapat 3 garis melintang. sedangkan lalat betina ujung perutnya lebih runcing dan lalat jantan lebih bulat. Siklus hidupnya berlangsung 15 hari dari telur sampai dewasa. Hama lalat buah dapat ditemukan didaerah penghasil jeruk antara lain Sumatra utara dan jawa timur.
Gejala Serangan
Gejala serangan pada permukaan kulit buah ditandai dengan adanya titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telurnya kedalam buah selanjutnya telur menetas dan menjadi larva, akibat gangguan dari larva akhirnya buah menjadi busuk dan gugur sebelum matang.
Cara Pengendalian
Peraturan Karantina
Penerapan peraturan karantina yang tepat dapat menekan perkembangan masuknya lalat buah dari wilayah / negara lain yang mempunyai masalah lalat buah.

Kultur teknis
-
sanitasi kebun : bertujuan untuk memutus siklus hidup lalat buah dengan cara mengumpulkan buah yang terserang kemudian di musnahkan(dibakar/dikubur).
- penggunaan tanaman perangkap, biasanya menggunakn tanaman yang nilai ekonomisnya rendah contoh : pohon selasih.

Mekanis / Fisis
Pengerondongan buah, cara ini bertujuan agar buah terhindar dari serangan lalat tetapi cara ini hanya dilakukan dalam areal skala kecil.

Pengasapan
tujuannya adalah untuk mengusir lalat buah.


Kutu Daun
Kutu daun (Toxoptera citricidus,T. Aurantii, Myzus persicae dan Aphis gossypii), Klasifikasi : kingdom : Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insecta, ordo : Hemiptera, subordo : Sternorrhyncha, superfamili : Aphidoidea, famili : Aphididae.

Morfologi
Kutu daun berukuran kecil antara 1 - 6mm, tubuhnya lunak dan mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar 25 *C dan 21 hari pada 15 *C.

Gejala Serangan
Gejala yang terlihat bila terserang kutu daun adalah daun atau tunas menggulung pada bagian tersebut kadang nampak koloni kutu berwarna hitam, hijau atau coklat.

Cara pengendalian
- secara kultur teknis dengan menggunakan mulsa jerami ditempat pembibitan jeruk
- secara biologis dengan cara memanfaatkan musuh alami
- dengan menggunakan insektisida



Kutu Loncat
Kutu loncat (Diaphorina citri) Klasifikasi : kingdom : Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insecta, ordo : Hemiptera, subordo : Sternorrhyncha, superfamili : Psylloidea, famili : Aphalaridae.

Morfologi
Kutu loncat jeruk mempunyai 3 stadia hidup yaitu telur, nimfa dan serangga dewasa. siklus hidupnya berlangsung antara 16 - 18 hari pada kondisi panas sedangkan pada kondisi dingin 45 hari, selama setahun serangga ini dapat mencapai 9 -10 generasi.
telur berbentuk lonjong dan agak menyerupai buah alpukat warna kuning terang. bagian tanaman yang menjadi tempat meletakkan telur adalah tunas daun atau jaringan tanaman yang masih muda, setelah 2 - 3 hari telur menetas.
nimfa yang baru menetas hidup berkelompok pada jaringan tanaman muda dan menghisap cairan tanaman, setelah berumur 2 - 3 hari nimfa menyebar dan mencari makan pada daun-daun muda disekitarnya periode ini berlangsung hingga 12 - 17 hari.
stadium dewasa ditandai dengan terbentuknya sayap dan kutu ini dapat terbang dan meloncat, warna kutu dewasanya coklat muda sampai coklat tua, matanya berwarna kelabu dan bercak-bercak coklat bagian abdomennya berwarna hijau terang kebiruan dan orange panjang tubuhnya sekitar 2 - 3 mm.

Gejala serangan
Tanaman yang terserang pada bagian tangkai, kuncup daun muda. gejala serangan pada umumnya tunas menjadi keriting sehingga menghambat pertumbuhan apabila serangan cukup parah maka bagian tersebut akan mati.

Cara Pengendalian
pengendalian menggunakan cara biologis dengan memanfaatkan parasit dari nimfa tetrastichus radiatus dan diaphorenxyrtus aligarhensis, apabila serangan kutu loncat diatas ambang kewajaran maka pengendalian menggunakan insektisida dapat dilakukan.




Tanaman Mangga


Antraknosa (Anthracnose) :

Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.

Morfologi dan daur penyakit

Patogen mempunyai hifa bersepta, warna hialin yang kemudian berubah menjadi gelap. Aservulus banyak terbentuk pada bagian tanaman sakit kecuali pada buah. Konidium berbentuk jorong atau bulat telur dengan bagian ujung membulat, tidak bersepta dengan warna hialin.

Patogen dapat bertahan pada ranting-ranting sakit di pohon atau pada daun-daun sakit di pohon atau di permukaan tanah. Pada cuaca lembab dan berkabut patogen membentuk spora (konidium). Spora keluar dari aservulus seperti massa lendir berwarna merah jambu, dan spora tersebut disebarkan oleh percikan air hujan dan oleh serangga. Infeksi pada buah dapat terjadi melalui inti sel pada buah yang matang dan pori-pori pada buah yang masih hijau.


Keadaan cuaca yang sangat lembab sangat cocok untuk pembentukan spora dan terjadinya infeksi. Patogen tidak tumbuh pada kelembaban kurang dari 95°C.

Tingkat ketahanan tanaman terhadap penyakit dipengaruhi oleh jenis mangga dan bagian tanaman yang terserang. Bagian tanaman yang pertumbuhannya cepat lebih rentan terhadap patogen tersebut.

Penyakit ini menyebar di pertanaman mangga di seluruh Indo­nesia. Di luar negeri penyakit ini terdapat di Malaysia, Filipina, Thailand, India, Srilangka, Fiji, Florida, Trinidad, Peru, Puerto Rico, Hawaii, Afrika Selatan, Hindia, Barat, Brasilia.

Gejala serangan

Pada daun terjadi bercak-bercak tidak teratur dengan ukuran kurang dari 5 mm, kecuali bila terjadi penyatuan bercak-bercak ter­sebut. Pusat bercak sering pecah sehingga menyebabkan bercak berlubang. Daun yang sakit mengering dan gugur. Serangan pada tangkai daun dapat menyebabkan daun layu dan rontok. Pada batang muda bercak-bercak berwarna kelabu yang bisa berkembang dan menggelangi batang yang dapat menyebabkan matinya bagian yang terserang.

Pada bagian bunga terjadi bintik-bintik kecil berwarna hitam terutama pada keadaan cuaca lembab, dan dapat menyebabkan rontoknya sebagian atau seluruh kuncup bunga.

Buah juga dapat terinfeksi, pada buah-buah yang matang terlihat gejala khas yaitu bercak-bercak hitam pada bagian kulit, yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu daging buah membusuk.

Tanaman inang lain

Bawang merah, bawang putih, jambu mete, srikaya, sirsak, teh, pepaya, tapak dara, jeruk, beras tumpah, bisbul, kesemek, dracaena, kelapa sawit, kastuba, manggis, karet, leci, pala, apokat, jambu biji, kecipir, krandang (Pueraria sp.), delima, pear, kakao dan anggrek Vanda.

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Tidak mengusahakan mangga secara komersial di daerah basah/lembab

- Pemeliharaan tanaman sebaik-baiknya

- Jarak tanam di pesemaian tidak terlalu rapat

- Sanitasi ranting yang mati, setelah masa panenan

- Penanaman kultivar tahan

· Cara kimiawi

- Aplikasi fungisida dilakukan apabila:

- Daun mengalami malformasi dan terjadi gugur daun

- Gejala terjadi pada malai bunga dan kondisi lingkungan menguntungkan bagi perkembangan penyakit.

- Hujan turun secara terus-menerus selama 1 – 2 hari, sehingga kelembaban menjadi tinggi

- Pencelupan buah dengan air panas (55oC) atau air panas ditambah fungisida benomil (500ppm)/diabendazol (90 ppm) selama 5 menit sebelum pengepakan.



Penggerek Buah (Sternochetus frigidus F.)


Penggerek Buah : Sternochetus frigidus F .

Famili : Curculionidae (Kumbang moncong)

Ordo : Coleoptera

Morfologi/Bioekologi

Kumbang dewasa dapat berkopulasi beberapa kali. Kumbang tersebut dapat terbang dan bergerak jauh dari tempat munculnya. Pada siang hari hidup di celah-celah kulit retak, atau di bawah kulit kayu benalu. Warna tubuh samar-samar, sehingga sulit ditemukan, makan pada malam hari, dan sering makan getah yang keluar dari lubang gerekan.Telur diletakkan pada buah yang bergaris tengah minimum 6 cm. Kumbang betina meletakkan telur pada kulit buah dengan ovipositornya. Telur diselimuti dengan lapisan berwarna coklat yang terdiri dari getah yang keluar dari lubang gerekan.

Larva muda (yang baru menetas) langsung masuk ke dalam daging buah menuju ke arah biji untuk menghindar dari jaringan yang bergetah karena apabila terjadi kontak dengan getah dapat mengakibatkan kematian larva muda. Larva tidak menyerang kulit biji, hanya menggerek daging buah, larva minum cairan buah, dengan demikian lorong gerekan relatif kering. Kotoran larva dalam bentuk butiran bertumpuk di da1am lubang gerekan.

Pupa terdapat dalam kokon yang berwarna coklat. Pupa sangat aktif apabila diganggu.

Hama tersebut dapat ditemukan di daerah sentra produksi mangga antara lain di Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Gejala serangan

Penggerek (larva, pupa, dan serangga dewasa/kumbang yang baru muncul dari pupa) tinggal dalam buah matang yang kulitnya masih utuh seperti tidak terjadi serangan. Lubang gerekan larva dimulai dari arah yang berdekatan dengan biji menuju daging buah. Serangan penggerek tidak menyebabkan meningkatnya buah yang gugur, namun demikian akan menurunkan kualitas buah.

Tanaman inang lain

Kebembem, kweni dan bacang.

Pengendalian

· Cara biologi

- Pemanfaatan parasitoid Flavopimpla mangae Betr (sejenis tabuhan tetapi masih kurang efektif).

- Bruchorida sp., semut Oecophylla smaragdina (semut rangrang), dapat mengusir penggerek dewasa.

· Cara mekanis dan fisik

- Mengumpulkan buah busuk yang kemungkinan terserang penggerek, lalu memusnahkannya.



Penggerek Cabang (Rhytidodera simulans Wh.)


Penggerek Cabang : Rhytidodera simulans Wh.

Famili : Cerambycidae

Ordo : Coleoptera

Morfologi/Bioekologi

Larva R. simulans berwarna putih kusam panjangnya sampai 7 cm. Larva instar akhir (mendekati masa pupa) membuat lubang gerek 1 – 1,5 cm. Kumbang aktif pada malam hari. Telur berwarna coklat-merah berbentuk oval, panjangnya sekitar 2 mm, terdiri dari 3 - 5 kelompok. Kumbang mampu hidup 50 - 100 hari dan menghasilkan telur sekitar 160 butir. Masa perkembangannya 7 - 8 bulan.

Hama tersebut dapat ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur.

Gejala serangan

Pada tanaman yang rusak berat, dapat mengakibatkan kerusakan bunga dan cabang patah. Pada bekas patahnya cabang, terlihat lubang dan saluran gerekan. Dari lubang gerekan tersebut mengalir cairan getah berwarna hitam. Pada cabang-cabang yang mati apabila dibelah pada bekas saluran tersebut seringkali menjadi tempat tinggal semut.

Tanaman inang lain

Kweni, bacang, kebembem.

Pengendalian

· Cara Biologi

- Memanfaatkan parasitoid telur Anagyrus dan Eupelmus (Promuscidae)

· Cara kimiawi

- Menggunakan insektisida efektif.




Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)

Lalat Buah : Bactrocera dorsalis, B. neohumeralis, B. pedestris

Famili : Tephritidae

Ordo : Diptera

Morfologi/Bioekologi

Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, diletakkan berkelompok 2 - 15 butir dan dalam waktu ± 2 hari. Telur yang diletakkan di dalam buah akan menetas menjadi 1arva. Seekor lalat betina mampu menghasilkan telur 1200 - 1500 butir.

Larva berwarna putih keruh atau putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva terdiri atas tiga instar, dengan lama stadium larva 6 - 9 hari.

Larva setelah berkembang maksimum akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan melenting dari buah dan masuk ke dalam tanah untuk menjadi pupa. Pupa berwarna coklat, dengan bentuk oval, panjang ± 5 mm dan lama stadium pupa 4 - 10 hari.

Imago rata-rata berukuran panjang ± 7 mm, lebar ± 3 mm dengan warna toraks dan abdomen antar spesies lalat buah bervariasi misalnya oranye, merah kecoklatan, coklat, atau hitam. Demikian pula sayapnya transparan dengan bercak-bercak pita (band) yang bervariasi merupakan ciri masing-masing spesies lalat buah. Pada lalat betina ujung abdomennya lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur, sedangkan abdomen lalat jantan lebih bulat. Secara keseluruhan daur hidup lalat buah berkisar ± 25 hari.

Hama lalat buah pada tanaman mangga banyak dijumpai di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Gejala serangan

Gejala awal pada permukaan kulit buah ditandai dengan adanya noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telurnya ke dalam buah. Selanjutnya akibat gangguan larva yang menetas dari telur di dalam buah, maka noda-noda tersebut berkembang menjadi bercak coklat di sekitar titik tersebut. Larva memakan daging buah, dan akhirnya buah menjadi busuk dan gugur sebelum matang.

Tanaman inang lain

Menyerang lebih dari 20 jenis buah-buahan, diantaranya belimbing, pepaya, jeruk, jambu, pisang, dan cabai merah


Pengendalian
Cara peraturan

- Menerapkan peraturan karantina antar area/wilayah/negara yang ketat untuk tidak memasukkan buah yang terserang dari daerah endemis.

Cara kultur teknis

- Pencacahan tanah di bawah tajuk pohon yang agak dalam dan merata agar pupa yang terdapat di dalam tanah akan terkena sinar matahari dan akhirnya mati.

- Pembungkusan buah saat masih muda dengan kantong plastik, kertas semen, kertas koran, atau daun pisang.

· Cara fisik/mekanis

- Mengumpulkan buah yang terserang baik yang masih berada pada pohon maupun yang gugur, kemudian dibakar atau dibenamkan 60 – 70 cm dalam tanah agar larvanya terbunuh.

- Pengasapan di sekitar pohon dengan membakar serasah/jerami sampai menjadi bara yang cukup besar untuk mengusir lalat. Pengasapan dilakukan 3 – 4 hari sekali dimulai pada saat pembentukan buah dan diakhiri 1 –2 minggu sebelum panen.

· Cara biologi

- Penggunaan perangkap yang diberi umpan atau atraktan (misalnya Methyl Eugenol)

- Menurunkan populasi lalat dengan melepas serangga jantan mandul (steril) dalam jumlah yang banyak, agar kemungkinan berhasilnya perkawinan dengan lalat fertile di lapang menjadi berkurang.

- Pemanfaatan musuh alami antara lain Biosteres sp., Opius sp., (Braconidae), semut (Formicidae), laba-laba (Arachnidae), kumbang (Staphylinidae) dan cocopet (Dermaptera).

- Penanaman tanaman selasih di sekitar kebun.

· Cara kimiawi

- Dilakukan apabila dijumpai lalat buah dalam perangkap dan diulang setiap 4–7 hari sampai populasi turun

- Pemberian umpan semprot (bait spray), yaitu umpan protein yang mengandung ammonia dicampur dengan insektisida khlorfirifos atau malation.


Bercak daun Kelabu (Pestalotiopsis mangiferae (Henn.) Stey)


Bercak daun Kelabu
Pestalotiopsis mangiferae (Henn.) Stey.

Gejala Serangan
Pada daun-daun tua terjadi bercak-bercak yang bentuknya tidak teratur, berwarna kelabu keputih-putihan, dengan panjang bercak beberapa mm. Bercak-bercak dapat bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang dapat mencapai beberapa cm. Bercak biasanya dibatasi oleh tepi berwarna gelap. Pada bercak tua pada bagian yang berwarna kelabu, terdapat titik-titik hitam yang terdiri dari tubuh buah patogen. Seringkali bagian ini pecah dan menimbulkan lubang.

Morfologi dan Daur Penyakit

Konidium cendawan berbentuk kumparan, dan berdinding tebal. Konidium berwarna kecoklatan, dengan sel pangkal dan sel ujung hialin. Sel ujung mempunyai 3 seta (ekor).

Penyakit ini ditemukan di Indonesia, India, Filipina, dan Malaysia.


Tanaman Inang Lain

Belum diketahui

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Pemeliharan tanaman secara baik

- Sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber inokulum

· Cara kimiawi

- Penggunaan fungisida yang efektif bila dijumpai serangan




Wereng Mangga (Idiocerus niveosparsus Leth.)


Wereng Mangga : Idiocerus niveosparsus Leth.

Famili : Jassidae

Ordo : Homoptera

Morfologi/Bioekologi

Telur diletakkan dalam bentuk barisan terdiri dari 2 - 12 baris pada kulit atau epidermis tanaman muda. Tonjolan kecil berwarna putih merupakan indikasi tempat telur diletakkan. Nimfa muda berwarna putih kekuning-kuningan dan tidak lama kemudian berubah warna menjadi coklat tua. Nimfa bergerak cepat, tetapi hanya serangga dewasa yang dapat melompat. Total waktu perkembangannya 12 - 16 hari. Serangga sering muncul terutama di musim kemarau.

Hama wereng mangga tersebut terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Gejala serangan

Kerusakan terjadi pada bunga karena tertutup oleh lapisan penutup telur. Nimfa dan serangga dewasa menghisap cairan sel daun-daun muda/pucuk dan tangkai bunga, sehingga bagian tersebut layu, mengering lalu gugur. Pada bibit mangga, produksi embun madu yang berlebihan mengganggu pertumbuhan dan bahkan dapat mematikan bibit karena diikuti tumbuhnya embun jelaga.


Pengendalian

· Cara biologi

- Memanfaatkan parasitoid telur Cendradora sp. (dapat memarasit sampai 40 %), Oligosita sp., dan Neobrachista java Gir.

· Cara mekanis

- Memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang

· Cara kimiawi

- Aplikasi insektisida efektif apabila dijumpai 5 ekor wereng pada saat pembungaan dan pembentukan buah.


Penggerek Ranting (Sternochetus goniocnemis (Msh)


Penggerek Ranting: Sternochetus goniocnemis (Msh)

Famili : Curculionidae

Ordo : Coleoptera



Nama umum : Sternochetus frigidus
(Fabricius, 1787)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae

Morfologi/Bioekologi

Pupa ditempatkan di dalam saluran gerekan yang ditutupi dengan sumbat kayu. Waktu yang dibutuhkan untuk berkembang 6 - 10 minggu, dan penggerek dapat hidup 2 - 5 bulan. Produksi telur di laboratorium maksimum 15 butir. Kumbang berukuran 6 mm, berwarna coklat kehitaman dan berkulit keras.


Hama tersebut dapat ditemukan di daerah sentra produksi mangga antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Gejala serangan

Larva membuat saluran gerekan tidak lebih dari 2,5 cm di dalam ujung ranting yang berdiameter kurang lebih 6 mm. Serangan pada ranting tampak dengan adanya benjolan seperti gumpalan yang merupakan campuran kotoran serangga dengan getah. Larva aktif pada malam hari, menggerek bagian dalam kulit kayu yang hijau, pucuk dan ranting. Makanan utamanya adalah jaringan daun muda.


Pengendalian

· Cara biologi

- Parasitoid Bruchorida sp. (famili Chalcididae), tetapi masih kurang efektif.

· Cara mekanis

- Memotong pucuk dan ranting terserang sampai pada batas bagian yang sehat, kemudian dibakar atau dimusnahkan.



Penyakit Kulit (Botryodiplodia Botryodiplodia theobromae Pat.)



Penyakit Kulit Botryodiplodia : Botryodiplodia theobromae Pat. atau dengan nama lain

Diplodia mangiferae Koord.

Morfologi dan daur penyakit

Cendawan membentuk piknidium dengan konidium berbentuk jorong, bersel 1, hialin pada waktu muda dan kemudian setelah dewasa konidium bersel 2, dan berwarna gelap. Patogen dapat mempertahankan diri pada ranting-ranting, dan kulit cabang yang terinfeksi.

Penyinaran matahari secara penuh dan mendadak pada pangkal cabang dan batang lain akibat pemangkasan yang terlalu berat, dapat mendorong per-kembangan patogen. Pemetikan buah pada keadaan cuaca lembab dan adanya pelukaan dapat mendorong terjadinya infeksi pada buah yang dipanen.

Di Indonesia penyakit ini terdapat di Purworejo (Jawa Tengah).

Gejala serangan

Pada bagian tanaman yang terserang yaitu batang atau cabang, mengeluarkan blendok, kulit berwarna gelap, kemudian mengering dan agak mengendap dan selanjutnya pecah dan mengelupas sebagai kepingan. Bagian yang sakit menjadi luka yang terbuka (kanker). Cabang yang terserang berat bisa mati. Penyakit ini biasanya timbul pada pangkal batang dan cabang-cabang yang mendadak menerima sinar matahari penuh antara lain karena pemangkasan ter­lalu berat. Patogen ini dapat menyebabkan matinya ujung tanaman (dieback) pada ranting tanaman, juga dapat menyebabkan busuk lunak pada buah.

Tanaman inang lain

Nenas, nangka, teh, jeruk, kopi, akar tuba (Derris spp.), kelapa sawit, sawo, lengkeng, manggis, karet, ubi jalar, leci, kweni, ubi kayu, pisang, rambutan, apokat, jambu biji, kakao, kemiri, jagung

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Menghindari pemangkasan tanaman terlalu berat

- Sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber inokulum

· Cara kimiawi

- Pengapuran pangkal batang

- Menutup bagian tanaman yang luka pada waktu pemangkasan dengan karbolium plantarium

- Penggunaan fungisida yang efektif bila dijumpai gejala serangan




PISANG

Trips Buah Pisang (Chaetanaphotrips signipennis)


Gejala Serangan

Serangga trips mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap yang menyebabkan kulit buah pisang menjadi rusak berupa bintik-bintik coklat kemerahan dan keras. Hama ini menyerang bunga dan buah muda, sehingga luka-luka yang diakibatkannya meninggalkan bekas berupa bintik-bintik dan goresan pada kulit buah yang telah tua.

Morfologi/Bioekologi

Hama trips mempunyai panjang tubuh antara 1,2 – 1,7 mm. Serangga ini mempunyai sepasang sayap, berwarna kuning dengan dasar hitam. Serangga ini berbiak dengan cara bertelur, yang diletakkan secara berkelompok di dalam jaringan tanaman seperti batang dan kadang kala pada tandan buah. Telur berbentuk oval dan berwarna putih kemudian menetas menjadi nimfa berwarna putih kekuning-kuningan. Pada stadia nimfa dapat bergerak aktif dan berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain. Nimfa mempunyai beberapa stadia sebelum berubah menjadi dewasa (imago). Imago berwarna kuning dengan sayap dasar berwarna hitam. Siklus hidup hama ini antara 35 – 40 hari.

Pengendalian

  • Cara mekanis

    • Pembungkusan tandan buah dengan kantong plastik polyetiline berwarna biru, yang dilakukan sedini mungkin pada saat tandan buah sejak jantung pisang masih belum membuka (bunga belum mekar)

  • Cara kimiawi

    • Penggunaan insektisida kontak seperti Kelthane (2 cc/l air), Elsan 60 EC (2 cc/l air), Mikarb 50 WP. (4 gr/l air).





Penggerek Bonggol Pisang

Kumbang Cosmopolites sordidus germar

Gejala Serangan

Larva menggerek bonggol masuk dengan cara membuat terowongan-terowongan pada bonggol pisang. Terowongan yang dibuat oleh larva merupakan tempat unuk masuknya patogen lain seperti Fusarium, sehingga dapat menyebabkan kerusakan dan busuknya jaringan bonggol pisang. Pada serangan berat, bonggol pisang dipenuhi lubang gerekan yang kemudian menghitam dan membusuk.

Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini menyebabkan tanaman muda mati, lemahnya sistem perakaran, transportasi zat makanan terhambat, daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga produksi menurun.

Morfologi/Bioekologi

Serangga dewasa (kumbang) berwarna hitam, aktif pada malam hari dan bersembunyi di dalam dan di sekitar bonggol pisang atau di antara pelepah batang semu pisang.

Serangga dewasa berukuran 12 mm dan dapat hidup 1–3 tahun, akan tetapi produksi telur relatif sedikit yaitu 1–3 butir per minggu. Kebanyakan telur diletakkan pada tanaman pisang terutama dekat pelepah dan dasar batang semu kira-kira 5 cm di bawah permukaan tanah. Stadia telur berlangsung kira-kira satu minggu, larva masuk ke dalam bonggol pisang dengan cara membuat terowongan menuju bonggol pisang. Panjang larva bisa mencapai 14 mm, stadia larva berlangsung 14–21 hari. Pupa berwarna putih dengan panjang 12 mm, masa pupa berlangsung di dalam lubang gerekan berkisar 5–7 hari. Siklus hidupnya selama 1–2 bulan dari telur sampai dewasa.

Tanaman Inang Lain

Tanaman pisang serat

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Penanaman bibit sehat. Bonggol bibit dibersihkan dari hama dan penyakit dengan cara direndam dalam insektisida efektif selama beberapa menit.

· Cara biologi

- Pemanfaatan predator jenis kumbang Plaesius javanus Er., yang stadia larva maupun dewasanya memakan larva kumbang C. sordidus, Hololepta sp., Chrysophilus ferrugineus wied dan Ceromasia sphenophori Villen.

- Cendawan Metarrhizium sp. menyerang larva kumbang C. sordidus.

· Cara eradikasi

- Tanaman terserang dipotong-potong termasuk bonggolnya dan dikubur di dalam tanah.

· Cara mekanis

- Menangkap kumbang yang ada pada potongan batang kemudian dimusnahkan

· Cara Kimiawi

- Menaburkan insektisida butiran di sekitar pangkal batang pisang lalu ditutup dengan tanah.





Penggerek Batang Pisang

(Odoiporus longicolis Oliv)




Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Coleoptera

Family: Curculionidae

Sumber gambar : CABI

Gejala Serangan

Kerusakan akibat hama ini ditandai oleh adanya lubang-lubang disepanjang batang semu. Pada serangan berat, batang semu menjadi terbelah dan mengeluarkan lendir (blendok). Akibatnya batang semu menjadi patah dan akhirnya tanaman mati. Hama tersebut dapat dijumpai di seluruh Asia Tenggara.

Morfologi/Bioekologi

Mudah dikenal karena moncongnya yang panjang (snout). Bentuk prothoraxnya agak pipih berukuran 16 mm. Telur diletakkan pada pelepah pisang kemudian bila telur telah menetas, larva akan menggerek batang pisang bagian atas. Pupa akan membentuk cocon pada batang tanaman. Serangga dewasa dapat terbang secara aktif pada siang hari dan tertarik pada sisa batang tanaman yang telah dipanen.

Tanaman Inang Lain

Tanaman pisang serat

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Sanitasi kebun

· Cara teknis/mekanis

- Batang yang terserang dan sisa batang pisang yang telah dipanen dipotong-potong kemudian dibenamkan ke dalam tanah.

· Cara biologi

- Musuh alami yang dapat mengendalikan hama tersebut adalah Plaesius javanus EP.

· Cara kimiawi

- Penggunaan insektisida carbofuran yang ditaburkan di sekitar batang pisang






Ngengat Kudis Buah Pisang

Nacoleia ostasema Meyr, Famili Pyralidae, Ordo Lepidoptera




Preferred Name : Omiodes indicata (Fabricius)

Taxonomic Position : Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Lepidoptera

Family: Pyralidae

Subfamily: Pyraustinae

Gejala Serangan

Larva hidup berkelompok, makan dan berkembang pada bunga dan buah pisang yang masih muda. Serangannya menyebabkan perkembangan buah menjadi terlambat dan dapat menimbulkan terjadinya kudis pada kulit buah pisang, terutama sering ditemukan pada sisir yang terakhir pada tandan pisang yang terserang. Serangan berat akan menurunkan kualitas buah.

Morfologi/Bioekologi

Dikenal sebagai hama scab (kudis/burik) pada buah pisang. Termasuk golongan kupu-kupu (Lepidoptera; Pyralidae). Kupu-kupu betina meletakkan telur dekat daun bendera secara berkelompok pada saat bunga pisang masih muda (belum mekar). Jumlah telur tiap kelompok sekitar 15 butir. Larva terdiri dari 5 instar, larva berkembang dari instar 1 sampai 5 hingga menjadi pupa membutuhkan waktu selama 16–26 hari. Di dalam satu tandan pisang ditemukan lebih dari 70 larva. Pupa terbentuk pada lapisan pisang yang sudah tua (masak). Hama dewasa (kupu-kupu) aktif pada malam hari dan lama hidup sekitar 4 hari

Tanaman Inang Lain

Tanaman pandan (Pandanus sp.)

Pengendalian

  • Cara mekanis

    Pengerodongan buah pisang dengan kantong plastik berwarna biru dan berlubang-lubang (sudah tersedia di pasaran). Kantong tersebut sudah mengandung pestisida.

  • Cara biologi
    Parasitoid Cotesia (Apanteles) sp.

  • Cara kimiawi
    Penggunaan insektisida berbahan aktif Monocrotophos dan Dimethoate.




Nematoda Parasit Akar Pisang

Radopholus similes Cobb., Pratylenchus sp., Helicotylenchus multicinctus Cobb.,

Meloidogyne spp.


Taxonomic Position

Kingdom: Animalia

Phylum: Nematoda

Class: Secernentea

Order: Tylenchida

Suborder: Tylenchina

Family: Pratylenchidae


Gejala Serangan

Gejala kerusakan yang disebabkan oleh masing-masing jenis nematoda parasit akar pisang sulit dibedakan, karena serangannya serentak dan sehingga kerusakan akar menjadi lebih cepat. Pada umumnya nematoda masuk melalui ujung akar, tetapi R. similes dapat masuk melalui semua permukaan akar dan pindah dari akar terinfeksi menuju bonggol pisang, sehingga menyebabkan luka berwarna hitam yang menyebar pada permukaan bonggol. Luka yang disebabkan oleh H. multicinctus pada umumnya terbatas pada sel luar dari korteks akar dan menyebabkan luka nekrosis yang kecil. Pratylenchus spp. masuk ke dalam jaringan akar tanaman dan menimbulkan luka nekrosis berwarna kemerah-merahan. Sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. ditandai dengan adanya gall/pembengkakan jarigan akar. Bila akar terserang berat, menyebabkan tanaman mudah roboh (tumbang) terutama pada fase pengisian buah.

Morfologi/Bioekologi

Secara umum siklus hidup nematoda parasit tumbuhan itu hampir sama. Telur menetas menjadi larva yang bentuk dan strukturnya sama dengan dewasa. Larva berkembang dengan melakukan pergantian kulit pada setiap akhir fase. Semua jenis nematoda mempunyai empat fase larva, pada fase ini nematoda sangat aktif menginfeksi akar. Pada pergantian kulit yang terakhir maka dapat diketahui jenis nematoda jantan atau betina. Nematoda jantan ditandai dengan adanya specula. Sedangkan nematoda betina mempunyai vulva dan dapat menghasilkan telur yang fertile setelah mengadakan perkawinan dengan nematoda jantan atau dengan cara parthenogenesis. Apabila kondisi menguntungkan untuk hidup maka siklus hidup bisa mencapai 3 – 4 minggu.


Pengendalian

  • Cara kultur teknis

    • Rotasi tanaman

    • Penggenangan selama beberapa bulan

    • Penggunaan varietas resisten

  • Cara mekanis

    • Menaikkan suhu tanah sampai 50 0C selama 30 menit dengan uap panas atau air panas.

    • Pencelupan bonggol anakan ke dalam air panas suhu 50 0C selama beberapa menit.

  • Cara kimiawi

    • Penggunaan nematisida Karbofuran, Etrofos dan Oksanil dengan dosis 12 gr bahan aktif per rumpun, yang diaplikasikan pada saat tanam dan diulang tiap 6 bulan.



Penyakit Layu bakteri (Penyakit Darah/Moko Desease):

Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum E.F. Smith pv. Celebensis




Nama umum : Penyakit darah (oleh bakteri
Pseudomonas sp. Nr solanacearum)
Klasifikasi : Kingdom : Proteobacteria
Kelas : Neisseriae
Ordo : Burkholderiales
Famili : Burkholderiaceae


Gejala Serangan

Bakteri menyerang pembuluh batang melalui akar dan mengeluarkan zat beracun hingga pembuluh tersebut mengeluarkan cairan berwarna merah seperti kecap/darah. Apabila pada batang terdapat luka, maka cairan merah akan keluar melalui luka tersebut. Adakalanya cairan keluar bersamaan dengan keluarnya jantung pisang. Gejala pada tajuk, baru tampak setelah timbulnya tandan buah. Mula-mula satu daun muda berubah warna, dari ibu tulang daun keluar garis coklat kekuningan ke tepi daun. Dalam jangka satu minggu semua daun menguning dan menjadi coklat. Penularan atau infeksi dapat terjadi melalui pelukaan mekanis dan penularan melalui serangga. Pada buah gejalanya agak lambat. Umumnya buah hampir menyelesaikan proses pemasakan, kemudian tampak seperti dipanggang berwarna kuning coklat, layu dan busuk. Buah yang terserang isinya terlarut sedikit demi sedikit dan berisi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang mengandung sangat banyak bakteri.

Morfologi dan Daur Penyakit

Inokulasi terjadi apabila bakteri masuk ke dalam pembuluh tanaman yang mengalami pelukaan, atau melalui penularan oleh serangga. Sedangkan inokulasi melalui batang jarang terjadi. Bakteri dapat bertahan dalam tanah dan mempertahankan virulensinya selama paling sedikit satu tahun.

Penyakit dapat menular melalui parang yang digunakan waktu menebang pisang, membersihkan batang atau memotong bunga jantan/anakan pisang. Penularan dapat terjadi juga karena pemakaian tunas dari rumpun yang sakit sebagai bibit.

Penyakit juga dapat menular melalui udara dan menginfeksi buah-buah yang dapat dilakukan oleh serangga. Bakteri yang terbawa ke kepala putik pada saat pembuahan dapat mencapai buah melalui saluran tangkai putik.

Penyakit ini terapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan juga terdapat di hampir negara produsen pisang.

Tanaman Inang Lain

Lebih dari 200 spesies tanaman yang berbeda dapat diserang oleh bakteri ini. Tanaman inang yang nilai ekonominya tinggi selain pisang adalah tembakau, kentang, tomat, terung, cabai, kacang-kacangan, tanaman hias dan berbagai jenis gulma juga dapat diserang.

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Pemberian pupuk organik (kompos, pupuk kandang)

- Penjarangan anakan, dipotong (setelah 30 cm) ±5 cm dari titik tumbuh.

- Rotasi dengan tanaman bukan inang

- Pembuatan drainase, sanitasi lingkungan pertanaman.

- Menghindari terjadinya luka pada akar.

- Menggunakan benih sehat (bukan dari daerah serangan atau rumpun terserang, menggunakan benih dari kultur jaringan) atau benih baru setiap musim tanam.

- Sistem pindah tanam setelah tiga kali panen, maksimal 3 tahun.

- Pengapuran atau abu

· Cara fisik/mekanis

- Eradikasi rumpun terserang dengan membongkar sampai ke akar-akarnya, lalu dipotong-potong, dimasukkan dalam kantong plastik, diberi formalin, dan ditutup rapat. Dapat juga mematikan tanaman/anakan terserang dengan injeksi herbisida 2,4 D 0,5% sebanyak 5 – 15 ml/tanaman.

- Memotong bunga jantan segera setelah sisir terakhir terbentuk, untuk menghindari infeksi serangga penular.

- Kondomisasi terhadap bunga

· Cara biologi

- Pemanfaatan agens antagonis seperti Pseudomonas fluerescens, Bacillus subtilis. (Entomopatogen), dengan atau tanpa kompos.

· Cara kimiawi

- Semua alat yang digunakan didisinfektan dengan kloroks (NaOCl) atau dicuci bersih dengan sabun.

- Injeksi larutan minyak tanah atau herbisida sistemik terhadap tanaman sakit dan anakannya, sebanyak 5 – 15 ml/pohon tergantung besar kecilnya tanaman. Injeksi ini dapat diulangi hingga tanaman mati.





Kerdil Pisang/Bunchy Top Virus

Musa Virus 1 (Magee) Smith, atau Banana Virus 1 J. Johnson.

Vektor: Pentalonia nigronervosa Coq. (kutu daun)




Nama umum : Banana bunchy top virus
Klasifikasi : Kingdom : Virus
Genus : Nanovirus

Gejala Serangan

Gejala bervariasi dan timbul pada bermacam-macam umur tanaman. Pada pangkal daun kedua atau ketiga, apabila dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya tembus, akan tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus. Pada punggung tangkai daun sering terdapat garir-garis hijau tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama terjadinya infeksi.

Selanjutnya daun muda lebih tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah patah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu.

Morfologi dan Daur Hidup

Dikenal sebagai Bunchy Top Virus atau Banana Virus 1. Sampai sekarang sifat virus tersebut belum diketahui dan belum dapat dimurnikan. Mudah disebarkan melalui bahan tanaman dan kutu daun. Tidak dapat ditularkan melalui alat pertanian atau cairan tanaman sakit.

Perkembangan pernyakit dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan keadaan yang terlindung. Di dataran tinggi penularan penyakit oleh vektornya lebih baik.

Di Indonesia penyakit ini tersebar di Lampung, Jawa, Bali, Kalimantan Barat, Jayapura, dan semua negara penghasil pisang.

Pengendalian

· Cara Kultur Teknis

- Menanam bibit dari rumpun yang sehat

· Sanitasi/Eradikasi

- Sanitasi kebun dengan membersihkan tanaman inang.

- Pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada tunas yang dapat hidup.

· Cara Kimia

- Pengendalian vector dengan insektisida sistemik, terutama di pembibitan/pesemaian.





Bercak Daun

(Sigatoka Disease/Blak Leaf Streak)

Mycosphaerella musicola Mulder (stadium sempurna dari Cercospora musae Zimm.) penyebab penyakit sigatoka

M. fijiensis Marelet penyebab black leaf streak

M. fijiensis var. difformis Mulder et Stover penyebab penyakit sigatoka hitam

Gejala Serangan

Gejala awal sangat jelas pada daun ke tiga dan ke empat dari pucuk yaitu mula-mula timbul bintik kuning pada tepi daun, kemudian melebar menjadi noda kuning tua kemerahan sampai kehitaman sehingga seluruh helaian daun menjadi kuning. Namun sepanjang urat daun utama (pelepah atau tangkai daun) biasanya berwarna hijau.

Penyakit ini tidak mematikan tanaman. Tetapi menyebabkan daun lebih cepat kering dan mengganggu proses pengisian buah dan pembentukan anakan. Penyakit ini juga menyebabkan buah masak sebelum waktunya.

Penyakit ini sangat penting karena tingkat kerusakan dan kerugian yang disebabkan sangat tinggi, distribusi sangat luas, dan memerlukan biaya pengendalian yang tinggi.


Morfologi dan Daur Penyakit

Cendawan lebih banyak membentuk konodium pada permukaan atas daun. Konidiofor membentuk berkas yang rapat, coklat pucat, lurus atau agak bengkok, jarang bercabang, tidak bersekat tidak mempunyai bengkokan, menyempit ke ujung, dan tidak mempunyai bekas konidium. Konidium coklat pucat berbentuk tabung atau gada terbalik.

Penyebaran penyakit dilakukan oleh konidium melalui percikan atau tetesan air, yang menyebabkan bercak-bercak terutama pada pangkal daun yang teratur pada garis lurus. Bercak tersebar atau membentuk jorong atau bulat panjang terutama pada ujung dan tepi daun. Infeksi biasanya terjadi pada daun muda yang masih menggulung atau daun yang sudah membuka.


Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Melakukan pemupukan berimbang, sesuai anjuran setempat.

· Cara sanitasi/eradikasi

- Sanitasi sumber infeksi berupa daun-daun mati/sakit, dipotong-potong lalu dibakar.





Ulat Penggulung Daun Pisang

Erionota thrax L. (Famili: Hesperidae, Ordo: Lepidoptera)




Nama umum : Erionota thrax (Linnaeus, 1767)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Hesperiidae

Gejala Serangan

Daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan daun.

Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun.

Morfologi/Bioekologi

Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari.

Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh.

Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya dilapisi lilin.

Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis). Siklus hidup di Bogor berkisar antara 5 – 6 minggu.

Tanaman Inang Lain

Tanaman pisang hias, pisang serat.

Pengendalian

· Cara mekanis

- Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan

· Cara biologi

- Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang

- Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae.




DURIAN



Ulat Daun Marumba dyras

Gejala Serangan

Hama ini menyerang daun durian, baik daun muda maupun daun tua. Tanaman yang terserang biasanya akan gundul dan tinggal hanya tangkai daunnya saja (Gambar 4A). Hama ini bersifat eksplosif dan sangat rakus.

Morfologi/Bioekologi

Telur diletakkan pada bagian atas dan bawah daun, tangkai daun. Telur diletakkan secara berkelompok yang ditutupi oleh benang-benang berwarna putih. Telur menetas selama 5-7 hari. Larva panjangnya 3-5 cm, berwarna hijau kehitaman. Lama hidup pupa 18-200 hari apabila keadaan tidak menguntungkan untuk perubahan bentuk menjadi imago. Pupa berwarna coklat tua sampai hitam dan berada di bawah permukaan tanah di sekitar pertanaman. Ngengat berwarna coklat keabu-abuan (Gambar 4B). Pada siang hari ngengat bersembunyi di sela-sela daun dan aktif pada malam hari. Ngengat sangat responsif pada cahaya.


A B

Gambar 4. Imago Marumba dyras (A) Sumber : Yahoo.com dan gejala serangannya (B)
Sumber : BPTPH Sumut, 2003

Tanaman Inang Lain

Srikaya, sirsak

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Memusnahkan sisa-sisa tanaman yang ter-serang

- Memusnahkan tanaman inang lainnya

Cara mekanis

- Memotong bagian tanaman yang terserang

berat dan dimusnahkan





Penggerek Buah (Fruit Borer):

Hama penggerek buah durian terdapat 2 jenis yaitu :

Tirathaba (=Melissablaptes, Mucialla) ruptilinea (Wkl). Ordo : Lepidoptera, Famili : Pyralidae dan Hypergea leprosticta, Ordo : Lepidoptera,

Famili : Noctuidae

Tirathaba (=Melissablaptes, Mucialla) ruptilinea (Wkl). Ordo : Lepidoptera, Famili : Pyralidae

Gejala Serangan

Hama Tirathaba ruptilinea dikenal sebagai perusak bunga dan buah. Larva merusak dengan memakan dimulai pada bagian tangkai bunga dan menggerek ke dalam. Larva menutupi bagian bekas gerekan dengan benang-benang yang dihasilkannya. Larva menjadi sangat aktif apabila diganggu.

Morfologi/Bioekologi

Ngengat mempunyai sayap depan kehijauan dan sayap belakang merah jingga (oranye). Larva berwarna coklat kehitaman. Telur diletakkan secara terpisah.

Tanaman Inang Lain

Kopi, durian, sorgum, tengkawang dan jarak (Ricinus)

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Sanitasi kebun dengan memusnahkan sisa-sisa tanaman yang terserang dengan cara membakar atau membenamkan ke dalam tanah

Cara mekanis

- Memusnahkan buah yang terserang

Cara biologi

- Pemanfaatan musuh alami antara lain lalat Tachinidae (Argyroplax basifulva), Venturia sp. (Ichneumonidae), Apanteles tirathabae (Braconidae) dan Telenomus tirathabae (Scelionidae).





Penggerek biji durian (Mudaria luteileprosa Holloway)

Gejala Serangan

Penggerek biji durian (the hole borer) merupakan hama utama pada perkebunan durian yang diusahakan secara luas. Diduga hama ini asalnya dari Malaysia kemudian tersebar ke Indonesia, Thailand dan daerah bagian timur lainnya. Kita tidak dapat menduga dari luar bahwa durian tersebut terserang oleh hama penggerek biji durian. Hama penggerek biji akan menurunkan kualitas durian dan bagian dari buah yang dimakan akan dikotori. Tidak diketahui bahwa durian telah terinfeksi oleh hama penggerek biji, baru diketahui pada saat buah tersebut telah dipanen atau pada saat larva telah keluar dari buah durian untuk membentuk pupa.

Morfologi/Bioekologi

Seekor Kupu-kupu dewasa dapat meletakkan telurnya sebanyak 100 butir. Telur diletakkan satu-satu pada buah yang masih muda di dekat tangkai batang. Larva yang menetas dari telur akan membuat lobang pada buah yang masih muda dan masuk kedalam buah menuju biji. Lubang yang dibuat sangat kecil dan sukar untuk dilihat dan pada saat buah makin membesar lubang tersebut akan tertutup. Perkembangan larva di dalam biji membu-tuhkan waktu sekitar 38 hari. Larva menggerek dan memakan biji serta kotoran yang keluar akan mengotori daging buah. Larva dapat hidup didalam biji sampai durian tersebut masak. Pada saat buah masak larva akan membuat lubang dengan diameter kira-kira sebesar 5.0-8.0 mm dan membentuk pupa di dalam tanah. Stadia pupa berlangsung lebih kurang 1 bulan. Ngengat (imago) dewasa dapat dapat hidup 7-10 hari dan dapat ditangkap dengan menggunakan perangkap cahaya.

Tanaman Inang Lain

Belum diketahui

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Memusnahkan buah dan biji yang ter-serang.

Cara mekanis

- Membungkus buah durian dengan plastik transparan dan bagian bawahnya dilubangi agar air dapat keluar pada saat tanaman membentuk buah kira-kira 1,5 bulan atau 6 minggu setelah berbunga.

- Menggunakan perangkap cahaya berupa lampu neon yang berwarna putih untuk menangkap ngengat.

Cara kimiawi

- Menggunakan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Mentan pada saat tanaman telah selesai berbunga.

- Biji durian yang akan ditanam diseleksi terlebih dahulu, kemudian sebelum ditanam dicelupkan pada insektisida.



Kutu putih (Cacao mealybug)

Planococcus (=Pseudococcus) sp.

Ordo: Homoptera, Famili: Pseudococcidae

Gejala Serangan

Hama ini menimbulkan kerusakan secara langsung dengan mengisap cairan tanaman, dan pada tingkat kerusakan berat dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman serta menim-bulkan kerontokan buah muda. Kotoran yang dike-luarkan kutu mengandung embun madu sebagai tempat hidup cendawan jelaga. Akibat serangan kutu putih menyebabkan pertumbuhan tanaman merana dan bunga maupun buah rontok.


Morfologi/Bioekologi

Kutu berbentuk oval dan pada bagian punggung terdapat garis-garis yang diselimuti lapisan lilin tipis. Nimfa muda sangat aktif bergerak dan bergerombol selama 4 minggu pertama (Gambar 2 A dan B). Nimfa menjadi dewasa setelah 37--50 hari. Sebanyak 270 embrio berkembang dalam tubuh induknya, tetapi yang berhasil menjadi dewasa hanya 30 ekor. Kutu jantan sangat jarang dijumpai. Kutu berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa kawin). Masa peletakan telur selama 4--5 minggu.


A B

Gambar 2. Kutu putih pada cabang durian (A) dan pada buah durian (B).
Sumber : Ahsol Hasyim, 2004

Tanaman Inang Lain

Jeruk, anggur, kopi, kakao, kapok, dadap, sirsak, jambu biji, bunga kupu-kupu (Bauhinia sp.).

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Sanitasi kebun dari gulma dan tanaman inang lainnya

Cara biologi

- Pemanfaatan musuh alami seperti semut hitam, dan cendawan parasit Empusa fresenii, predator Cryptolaemus montrouzieri (Coccinellidae) dan Leptomastidae abnormis (Encyrtidae).

- Pemanfaatan insektisida botani seperti larutan (ekstrak) umbi bawang putih dicampur cabai.





Kutu loncat

Allocaridara malayensis

Ordo: Famili: Psyllideae

Gejala Serangan

Pada umumnya kutu loncat menyerang bagian daun dengan cara mengisap cairan sel daun. Gejala serangan yang dapat diamati secara visual adalah adanya bintik-bintik berwarna kecoklat-coklatan pada daun hingga akhirnya ukuran daun mengecil (abnormal).

Morfologi/Bioekologi

Telur diletakkan dalam jaringan daun muda. Satu kelompok telur berjumlah 8--14 butir. Telur menetas selama 4--5 hari. Nimfa panjangnya kira-kira 3 mm.

Tubuh imago kutu loncat berwarna kecoklat-coklatan, yang diselimuti benang-benang lilin putih hasil sekresi tubuhnya.

Tanaman Inang Lain

Belum diketahui

Pengendalian

Cara mekanis

- Memusnahkan daun yang terserang

Cara kultur teknis

- Menjaga kebersihan (sanitasi) kebun, terutama dari daun-daun yang kering




Jamur upas Upasia salmonicolor Berk.et Br.

Gejala Serangan

Gejala serangan penyakit ini adalah terdapat benang-benang jamur berwarna mengkilat seperti sarang labah-labah pada cabang.

Morfologi dan Daur Penyakit

Jamur ini mempunyai sporangium bulat, dapat berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, atau secara tidak langsung dengan membentuk spora kembara (zoospora). Pythium dapat bertahan lama di tanah. Pemencaran dalam kebun pada umumnya terjadi bersama-sama dengan tanah atau bahan organik yang terangkut oleh air.

Tanaman Inang lain

Kakao

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Memangkas bagian tanaman yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban

Cara mekanis

- Memotong bagian tanaman yang terserang lalu dimusnahkan.





Hypoperigea leprosticta

Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctuidae


Gejala Serangan

Hama H.leprosticta dikenal sebagai perusak buah. Larva merusak buah dengan melubangi dan menggerogoti buah (Gambar 3A dan 3C). Buah yang terserang berat menjadi busuk dan kadang-kadang berulat, dan akhirnya berjatuhan (rontok) (Gambar 3B).

A B C D

Gambar 3. Gejala serangan H. leprosticta pada biji durian (A), Kotoran yang dikeluarkan oleh larva (B),

Larva instar akhir (C) dan Ngengat (D) Sumber : Ahsol Hasyim, 2004

Morfologi/Bioekologi

Ngengat berwarna coklat tua dengan tanda bercak putih pada sayap (Gambar 3D).

Tanaman Inang Lain

Tidak ada

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Sanitasi kebun dengan memusnahkan sisa-sisa tanaman yang terserang dengan cara membakar atau membenamkan ke dalam tanah

Cara mekanis

- Memusnahkan buah yang terserang

Cara biologi

- Pemanfaatan semut rang-rang untuk mengusir imago meletakkan telur.






Busuk buah Phytophthora palmivora Butl.

Gejala Serangan

Mula-mula pada buah terjadi bercak kebasah-basahan, lalu warnanya berubah menjadi coklat, coklat tua dan hitam. Setelah 5 hari pada bercak ini tampak jamur putih yang terdiri dari miselium dan sporangium. Penyakit busuk buah ini juga dapat terjadi pada buah yang letakknya tinggi. Hal ini diduga jamur dibawa oleh serangga.

Morfologi dan Daur Penyakit

Cara pemencaran jamur penyebab penyakit belum diketahui dengan pasti. P. palmivora pada durian diduga dapat tersebar dalam kebun bersama-sama dengan butiran tanah, oleh bahan organik yang terangkut oleh air atau oleh serangga sehingga dapat mencapai buah-buah di pohon yang tinggi letaknya. Penyebaran penyakit juga dibantu oleh angin ke daun, cabang dan buah. Penyakit akan semakin parah apabila curah hujan dan kelembaban kebun tinggi. Jika curah hujan rendah, aktivitas miselium dan meluasnya kanker batang berlangsung jauh lebih lambat. Pada cuaca kering pohon yang terserang dapat bertahan lama, dengan gejala kanker yang kulit luarnya mengelupas.

P. palmivora mempunyai banyak tumbuhan inang, namun jamur ini tidak dapat menginfeksi coklat seperti P. palmivora pada umumnya, dan hanya dapat menginfeksi pepaya (Chan dan Lim, 1986; Tai, 1971 dalam Semangun 1989). Spora Phytopthora palmivora (Gambar 5 A dan 5 B)


Gambar 5. Spora Phytopthora palmivora (atas)
dan gejala serangan pada batang (
bawah).
Sumber : CABI, 200

Tanaman Inang lain

Coklat, pepaya, karet, nenas dan jeruk

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Perbaikan drainase tanah agar tidak terlalu basah (lembab)

- Memangkas daun-daun yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban kebun.

Cara mekanis

- Memotong (memangkas) bagian tanaman yang terserang berat

- Menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang sewaktu pemeliharaan tanaman.

- Eradikasi tanaman terserang.

Cara biologi

- Pemanfaatan jamur antagonis seperti Trichoderma harzianum sebagai jamur antagonis dapat diaplikasi pada permukaan tanah untuk jamur tular tanah.

Cara kimiawi

- Mengerok atau mengupas bagian tanaman yang sakit, kemudian bekas luka diolesi dengan fungisida.





Busuk akar Pythium complectens Braun.

Gejala Serangan

Gejala serangan penyakit ini adalah cabang-cabang yang terserang atau sakit tampak mati ujung dan pada bagian yang terinfeksi di atas permukaan tanah menjadi busuk berwarna coklat hingga akhirnya dapat meluas ke bagian perakaran. Sebelum tanaman terserang berat biasanya tumbuh tunas-tunas baru dari bagian tanaman yang tidak terinfeksi.

Morfologi dan Daur Penyakit

Jamur ini mempunyai sporangium bulat, dapat berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, atau secara tidak langsung dengan membentuk spora kembara (zoospora). Pythium dapat bertahan lama di tanah. Pemencaran dalam kebun pada umumnya terjadi bersama-sama dengan tanah atau bahan organik yang terangkut oleh air.

Tanaman Inang lain

Belum diketahui

Pengendalian

Cara kultur teknis

- Perbaikan drainase tanah agar tidak terlalu basah (lembab).

Cara mekanis

- Menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang sewaktu pemeliharaan tanaman.

Cara kimiawi

- Menggunakan larutan fungisida sistemik dengan cara dikocorkan atau diinfuskan pada akar.





RAMBUTAN



Ulat Daun Rambutan

Hyperaeschrella insulicola

Ordo: Lepidoptera,

Famili: Notodontidae

Gejala Serangan

Larva memakan daun rambutan hingga tanaman menjadi gundul dan meranggas, terutama pada larva instar 3 dan 4.

Morfologi/Bioekologi

Ngengat berwarna coklat berbulu halus, jantan mempunyai antenna berumbai sirip seperti daun kelapa, panjang 17-19 mm. Betina mempunyai antenna seperti cambuk tanpa sirip, panjang 22-29 mm. Lama hidup 4-5 hari.

Telur berwarna hijau kekuningan, soliter, bulat, berukuran 0,75-1,00 mm, diletakkan pada permukaan daun bagian bawah. Stadia telur 4-6 hari.

Panjang larva 40,0-55,6 mm, tidak berbulu, berkembang dalam 6 instar, bagian punggung pada larva instar 6 berwarna hijau dengan garis kuning di tengah, bagian perut berwarna hijau tua, bagian samping terdapat garis berwarna coklat kemerahan sepanjang tubuh. Sebelum menjadi pupa, larva instar 6 turun dengan merayap atau menjatuhkan diri ke tanah. Stadia larva 16-17 hari.

Pupa terbentuk dalam tanah atau tumpukan daun kering sekitar tanaman rambutan, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 18-23 mm. Stadia pupa 10-11 hari.


Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Sanitasi seresah dan gulma di bawah pohon dan sekitar tanaman yang terserang untuk memusnahkan pupa yang ada dan menghindarkan serangga dewasa berkepompong.

- Pemupukan, khususnya setelah dilakukan sanitasi dan ketersediaan air/kelembaban tanah masih cukup, untuk mempercepat pertumbuhan tanaman yang telah meranggas.

- Pemberian air pengairan (apabila memungkinkan)

· Cara fisik/mekanis

- Pengumpulan larva prapupa dan pupa serta pemusnahannya (dikubur/dibakar)

- Pengasapan/pengoboran untuk mengusir ngengat yang hinggap di pohon dan membunuh larva

· Cara kimiawi.

- Penggunaan insektisida racun kontak atau racun perut, dengan menggunakan alat aplikasi skid power srayer atau pengabut panas (fogger).




Kutu Kapas, Kutu Putih (Cacao mealybug)

Planococcus (=Pseudococcus) lilacinus



Planococcus lilacinus Cock

Taxonomic Position : Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Hemiptera

Suborder: Sternorrhyncha

Superfamily: Coccoidea

Family: Pseudococcidae

Ordo: Homoptera,

Famili: Pseudococcidae.

Gejala Serangan

Seperti homoptera lainnya, P. licasinus dapat menimbulkan kerusakan secara langsung dengan mengisap cairan tanaman, dan pada tingkat kerusakan berat dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman serta menimbulkan kerontokan buah muda. Secara tidak langsung, kutu menghasilkan embun madu sebagai tempat hidup cendawan jelaga.


Morfologi/Bioekologi

Kutu berbentuk oval dan pada bagian punggung terdapat garis-garis yang diselimuti lapisan lilin tipis. Nimfa muda sangat aktif bergerak dan bergerombol selama 4 minggu pertama.


Nimfa menjadi dewasa setelah 37–50 hari. Sebanyak 270 embrio berkembang dalam tubuh induknya, tetapi yang berhasil menjadi dewasa hanya 30 ekor. Kutu jantan sangat jarang dijumpai. Kutu berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa kawin). Masa peletakan telur selama 4 – 5 minggu.

Tanaman Inang Lain

Jeruk, anggur, kopi, kakao, kapok, dadap, sirsak, jambu biji, bunga kupu-kupu (bauhina).

Pengendalian

· Cara biologi

- Pemanfaatan musuh alami seperti semut hitam, dan cendawan parasit Empusa fresenii, predator Cryptolaemus montrouzieri (Coccinellidae) dan Leptomastidae abnormis (Encyrtidae).





Jamur Upas

Upasia salmonicolor (Berk. Et Br.) Tjorkr. Syn. Corticium salmonicolor Berk. Et Br.

Gejala Serangan

Pada cabang yang sudah berkayu mula-mula timbul benang-benang cendawan seperti sarang laba-laba yang lalu berkembang menjadi kerak cendawan berwarna merah jambu.

Cendawan berkembang terus, masuk ke dalam kulit dan menyebabkan kulit membusuk. Cendawan akan berkembang terus walaupun kulit sudah mati.


Morfologi dan Daur Penyakit
.

Penyakit lebih banyak pada musim hujan. Perkembangan cendawan terdiri atas beberapa stadium yaitu stadium sarang laba-laba (membentuk benang-benang yang mengkilat), stadium kortisium (membentuk kerak merah jambu) dan stadium nekator (membentuk badan buah), piknidium berwarna merah bata. Konidium dipencarkan oleh percikan air atau serangga.

Kelembaban merupakan faktor pendukung berkembangnya penyakit. Penyakit banyak terdapat di daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi, bahkan di daerah-daerah yang iklimnya keringpun sering kali muncul apabila kebun terlalu rapat.

Tanaman Inang lain

Menyerang bermacam-macam pohon-pohonan kurang lebih 140 jenis yang umumnya terdapat di pekarangan, kebun maupun hutan antara lain melinjo, nangka, apel, kelengkeng, karet dan jati.

Pengendalian

· Cara kultur teknis

- Menjaga agar kebun tidak gelap dan lembab

· Cara mekanis

- Jika cendawan sudah mencapai stadium kortisium, sebaiknya cabang dipotong lebih kurang 30 cm di bawah bagian yang kulitnya sudah membusuk

· Cara kimiawi

- Cabang yang terserang diolesi dengan fungisida tembaga pada stadium sarang laba-laba.




Benang Putih (White Thread Blight/ Jamur Rambut Kuda) Marasmius sp.



Taxonomic Position

Kingdom: Fungi

Phylum: Basidiomycota

Class: Basidiomycetes

Order: Agaricales

Family: Tricholomataceae

Gejala Serangan

Pada cabang dan ranting sering terdapat benang putih yang sering dimulai dari cabang. Benang putih tersebut bercabang-cabang yang terdiri dari miselium jamur. Benang-benang dapat mencapai daun, bercabang halus yang meluas pada permukaan bawah daun dan menyebabkan matinya daun. Daun yang telah kering masih tergantung-gantung pada ranting karena terikat oleh benang-benang cendawan tersebut.

Tanaman Inang Lain

Marasmius sp. dikenal banyak menyerang berbagai jenis tanaman tropika antara lain karet, kelapa sawit, coklat, pala, sawo, manggis, soka, dan lain-lain.

Pengendalian

· Cara mekanis

- Sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman (daun dan ranting) dan memusnahkan/membakar.

· Cara kimiawi

- Penggunaan fungisida yang efektif



Hama Tirathaba

Tirathaba (=Melissablaptes, Mucialla) ruptilinea (Wkl).




Taxonomic Position

Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Lepidoptera

Family: Pyralidae

Subfamily: Galleriinae

Ordo: Lepidoptera,

Famili: Pyralidae.

Gejala Serangan

Secara umum hama Tirathaba dikenal sebagai perusak perbungaan dan perbuahan. Larva merusak dengan memakan dimulai pada bagian tangkai bunga dan menggerek ke dalam. Larva menutupi bagian bekas gerekan dengan benang-benang yang dihasilkannya. Larva menjadi sangat aktif apabila diganggu.

Morfologi/Bioekologi

Ngengat mempunyai sayap depan kehijauan dan sayap belakang merah jingga (oranye). Larva berwarna coklat kehitaman. Telur diletakkan secara terpisah.

Tanaman Inang Lain

Kopi, durian, sorgum, tengkawang dan jarak (Ricinuas)

Pengendalian

· Cara biologi

Pemanfaatan musuh alami antara lain lalat Tachinidae (Argyroplax basifulva), Venturia sp. (Ichneumonidae), Apenteles tirathabae (Braconidae) dan Telenemus tirathabae (Scelionidae).



0 komentar: